Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Okonomiyaki, Hidangan Lezat di Musim Hujan

Okonomiyaki hidangan asal Jepang yang sudah ada sejak 400 tahun lalu. Hidangan ini sejenis gorengan yang sering dihidangkan saat upacara minum teh.

26 November 2019 | 14.58 WIB

Bahan-bahan untuk membuat okonomiyaki. Foto: @o_mangetsu
Perbesar
Bahan-bahan untuk membuat okonomiyaki. Foto: @o_mangetsu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jepang dengan keanggunan budayanya, meresap hingga ke dalam penyajian kuliner. Meskipun hidangan Jepang kebanyakan sehat: berbahan ikan mentah, dipanggang, atau direbus, namun negeri itu juga mengenal kuliner yang digoreng. Salah satu yang populer berupa okonomiyaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hidangan ini mula-mula dibuat oleh Sen Rikyu (1522 – 21 April 1591). Ia merupakan pemimpin upacara minum teh di Jepang, yang menurunkan tradisi minum teh kepada anak-anaknya sekaligus muridnya. Pada 1579, pada usia 58 tahun, Riky menjadi kepala upacara minum teh untuk Oda Nobunaga dan, setelah kematian Nobunaga pada 1582, ia menjadi kepala upacara minum teh untuk Toyotomi Hideyoshi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Upacara minum teh di Jepang merujuk pada tata cara yang dilakukan oleh Sen Rikyu, yang dikembangkan oleh anak-anaknya dalam tiga aliran (sesuai jumlah anak-anaknya): Omotesenke, Urasenke, dan Mushakjisenke.

Keasyikan lain dari upacara minum teh bagi wisatawan yang bertandang ke Jepang berupa gorengan, okonomiyaki. Dinukil dari menu-tokyo.jp, akar dari penganan okonomiyaki kembali kepada Sen Rikyu. Pasalnya, kue dalam upacara minum teh (Funoyaki) yang diadakan oleh Sen Rikyu adalah kue yang terbuat dari tepung terigu yang dilarutkan dengan air dan kemudian dipanggang, lalu dilentangkan di atas pot dan dipanggang. Adonan yang terpanggang itu diisi pasta kacang kedelai dan bubuk merica Jepang.

Okonomiyaki gaya Hiroshima. Foto: rina_kitchen

Okonomiyaki kini berkembang variasinya, tak sekadar berisi pasta kacang dan merica. Makanan sejenis gorengan ini berkembang menjadi youshoku yaki dari Osaka, issen youshoku dari Hiroshima, dan moji yaki dari Tokyo di masing-masing daerah. Sebelum zaman perang di Osaka (1614-1615), yoshoku yaki berupa makanan yang terbuat dari tepung terigu campur air, lalu dipanggang di atas plat besi panggang berbentuk lingkaran. Kemudian diberi tepung tempura goreng di atasnya -- sangat terkenal di antar rakyat jelata pada masa itu.

Setelah zaman perang antara Shogun Tokugawa melawan Daimyo Toyotomi Hideyori, yoshoku yaki berubah adonannya, dimasak dengan campuran sayuran atau aneka macam ikan, lalu disebut dengan okonomiyaki karena menggunakan bahan yang disukai (Konomi).

Sedangkan asal mula okonomiyaki ala Hiroshima diperkirakan berasal dari issen yoshoku yang dijual di toko permen murah (Dagashiya) di Kyoto. Issen yoshoku adalah adonan yang dilarutkan dengan air hingga encer kemudian dipanggang dengan bentuk lingkaran, kemudian di atasnya diberi tepung bonito, daun bawang, dan rumput laut parut, kemudian dilipat menjadi setengah dan diberi saus tiram. Saat ini pun, okonomiyaki ala Hiroshima dilipat jadi setengah dan dijual di tempat-tempat seperti supermarket.

Sementara asal mula dari monjayaki dari Tokyo berakar dari mojiyaki pada Zaman Edo. Asal mula monjayaki dikenal berasal dari mojiyaki yaitu masakan yang terbuat dari adonan tepung terigu dan air yang encer, kemudian dimasak di depan toko permen murah dalam bentuk huruf, yang dijual sambil mengajarkan huruf kepada anak-anak kecil.

Okonomiyaki Kekinian

Tiga makanan itu, kini disebut sebagai okonomiyaki dengan reputasi sebagai menu tradisional berusia 400 tahun.Ia jadi simbol jajanan pokok bagi warga dan masyarakat Jepang yang bermukim di Osaka. Dalam bahasa Jepang, okonomi artinya “suka-suka” dan yaki berarti “panggang”. Sesuai dengan namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan selera konsumen.

Menu tersebut dibuat dengan cara mencampur bahan-bahan seperti tepung terigu yang diencerkan dengan air, ditambah kembang kol, daging sapi, telur ayam, dan menu hidangan laut, kemudian digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan. Dapat disantap begitu saja atau dipadu dengan nasi putih.

Okonomiyaki bergaya Osaka. Foto: justonecookbook

Mengutip bisnis.com, terdapat dua gaya okonomiyaki, yaitu gaya Osaka dan gaya Hiroshima (Hiroshimayaki). Perbedaan antara kedua gaya tersebut terletak pada penyajian kembang kol dan sayur lainnya, dimana gaya Hiroshimayaki, irisan kol dan sayur mayur diletakkan di atas adonan yang dilebarkan di atas penggoreng, mirip dengan metode pembuatan panekuk. Metode ini menjamin kegurihan dan kegaringan sayur pada setiap gigitan hidangan.

Di Indonesia, hidangan ini bisa dibeli di resto-resto Jepang tanpa harus dibarengi upacara minum teh. Dengan takdirnya sebagai gorengan, hangat-hangat tentu sangat sedap dikudap di saat musim hujan. Sembari minum teh hangat lokal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus