Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Pakar Sebut Kaitan Obesitas dan Penyakit Degeneratif

Pakar mengingatkan kaitan obesitas dengan penyakit degeneratif. Ia menyebutkan kelebihan gizi pada seseorang juga ditandai dengan obesitas.

22 Januari 2020 | 07.00 WIB

Ilustrasi obesitas. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi obesitas. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Meski kebanyakan tak menular, penyakit degeneratif wajib diwaspadai karena bisa mengakibatkan masalah besar bagi kesehatan secara umum. Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan mengatakan penyakit degeneratif, yaitu kondisi kesehatan seseorang yang terjadi akibat memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu memiliki kaitan erat dengan obesitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Penyakit degeneratif saat ini sudah menjadi pembunuh yang utama di Indonesia," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Oleh karena itu, anak-anak yang dari kecil sudah obesitas sebaiknya diatasi sebelum usia 17 tahun atau masih di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga saat memasuki tahapan pertumbuhan selanjutnya hingga dewasa bisa berbadan ideal dan langsing. Namun, jika hal itu tidak bisa diantisipasi, maka kegemukan atau obesitas tadi akan ia bawa hingga dewasa dan dikhawatirkan berdampak pada penyakit degeneratif.

Ia menyebutkan kelebihan gizi pada seseorang juga ditandai dengan obesitas. Hal itu dapat membawa dampak buruk pada sisi kesehatan. Biasanya, anak-anak obesitas terjadi di kalangan ekonomi menengah ke atas atau di sekolah-sekolah bagus dan jarang ditemukan di sekolah biasa-biasa saja.

"Kita bisa menemukan anak gemuk itu 20 sampai 30 persen di sekolah yang bagus, sedangkan di Sekolah Dasar yang biasa hanya kisaran 10 persen saja," ujarnya.

Artinya, tingkat kesejahteraan orang tua membawa dampak bagi perbaikan gizi anak yang juga dapat mengarah pada obesitas apabila tidak dikontrol dengan baik. Selain pola makan, obesitas juga dapat terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang ringan-ringan saja atau kurang aktivitas olahraga.

"Faktor keturunan itu ada namun tidak sebesar faktor lingkungan atau yang diterapkan anak-anak itu sendiri," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus