Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Penderita Diabetes Sering Ditolak Saat Mengajukan Asuransi, Coba Solusi Ini

Banyak perusahaan asuransi yang tidak memproteksi penderita diabetes karena risiko biaya perawatan kesehatannya cukup besar.

16 Desember 2021 | 16.22 WIB

ilustrasi diabetes (pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi diabetes (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang merasa kesulitan mendapatkan layanan asuransi apabila sudah mengidap penyakit tertentu. Salah satunya penyakit diabetes yang termasuk kelompok penyakit metabolik. Kondisi ini tidak bisa sembuh, namun dapat terkontrol. Artinya, orang tersebut bisa mempertahankan kondisi tubuh dengan kadar gula darah yang stabil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hanya saja, tetap ada kemungkinan penyakit tersebut kambuh dan bisa jadi berimplikasi pada penyakit lainnya. Head of Partnership Distribution PT. Avrist Assurance, Vinia Lestianti Erwin mengatakan, tak jarang penyandang diabetes yang mengajukan asuransi langsung tertolak atau tertunda karena kondisi tersebut. "Tentu sakit hati karena pengajuan permohonan asuransinya ditolak atau ditunda. Padahal mereka sangat membutuhkan asuransi," kata Vinia dalam peluncuran Avrist Tematis secara virtual pada Rabu, 15 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak perusahaan asuransi yang tidak memproteksi penderita diabetes karena risiko biaya perawatan kesehatannya cukup besar. "Sebab itu, Avrist Assurance bersama Futuready memperkenalkan Avrist Tematis, produk asuransi khusus diabetes online perdana di Indonesia dan sudah memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK," kata Vinia. Biaya polis asuransi ini kurang dari Rp 500 per hari dan tidak perlu persyaratan pengecekan medis.

Vinia menjelaskan, Avrist Tematis mendampingi tertanggung yang memerlukan perlindungan atas penyakit kritis yang berhubungan dengan diabetes, seperti serangan jantung, stroke, operasi jantung koroner, gagal ginjal, dan kebutaan. Asuransi khusus untuk penyandang diabetes ini, menurut dia, mematok syarat peserta yang mengalami diabetes tipe 2 selama nol sampai sebelas tahun.

Ketentuan lainnya, Vinia melanjutkan, hasil pemeriksaan HbA1C atau Hemoglobin A1C menunjukkan angka kurang dari 10 persen. Sementara pengidap diabetes tipe 2 yang lebih dari sebelas tahun dapat juga mengajukan asuransi tersebut asalkan hasil pemeriksaan HbA1C di bawah 8,5 persen. HbA1C merupakan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat keparahan kondisi diabetes. Semakin tinggi angkanya, semakin buruk kondisi diabetes dan berisiko komplikasi.

"Banyak yang belum menyadari bahwa penyakit diabetes memiliki banyak konsekuensi darurat," kata Vinia. "Dan perawatan berbagai penyakit kritis akibat diabetes memiliki konsekuensi biaya yang tidak murah."

Data International Diabetes Federation atau IDF memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang usia 20 sampai 79 tahun di dunia yang menderita penyakit diabetes pada 2019. Angka ini setara dengan 9,3 persen dari total penduduk dunia dalam kelompok usia tersebut.

Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes pada 2019, yaitu 9 persen perempuan dan 9,65 persen untuk laki-laki. Prevalensi diabetes meningkat seiring bertambahnya usia penduduk, menjadi 19,9 persen atau 111,2 juta orang pada usia 65 - 79 tahun. Angka ini diprediksi terus bertambah hingga 578 juta orang pada 2030 dan 700 juta di 2045.

Masih mengutip data IDF, Indonesia berada di peringkat ketujuh untuk jumlah penderita diabetes tertinggi, yaitu sebanyak 10,7 juta jiwa. Dan mengacu pada data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, hanya 25 persen penyandang diabetes yang menyadari bahwa mereka menderita penyakit diabetes.

Dalam kasus diabetes tipe 2, pada dasarnya tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas normal. Bisa juga pankreas memproduksi insulin cukup, tetapi sel-sel tubuh tidak menggunakannya dengan baik alias terjadi resistensi insulin.

Beberapa penyebab munculnya risiko diabetes tipe 2 adalah obesitas, distribusi lemak perut tinggi, gaya hidup tidak aktif, jarang olahraga, riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga, berusia di atas 45 tahun dan tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum menginjak usia tersebut. Ada pula kondisi prediabetes atau kadar gula lebih tinggi dari normal namun belum masuk kategori diabetes, riwayat diabetes saat hamil, dan wanita dengan sindrom ovarium polikistik.

Baca juga:
Sadari Implikasi Diabetes dari Kepala, Organ Intim, sampai Kaki

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus