Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Gelaran Asean literary Festival 2017 akan segera dimulai Agustus mendatang. Seperti tahun-tahun sebelumnya acara ini akan diramaikan oleh pertunjukan seni, demo kuliner, dan pameran buku. Hal yang tak kalah penting tentu malam pembukaan yang kali ini akan diisi dengan kuliah umum oleh penulis asal Malaysia Faisal Tehrani—yang bukunya dilarang diedarkan di negeri Jiran padahal ia pernah memenangkan Hadiah Sastera Utusan Malaysia-Exxon Mobil 2002 lewat novelnya 1515 dan menerima National Book Prize in 2005 kategori bahasa Melayu.
Bersama Faisal, akan hadir Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Hilmar Farid yang juga akan menyampaikan pidato tentang usaha menyatukan Asia Tenggara lewat sastra.
Selain menghadirkan Faisal yang akan bicara tentang peran sastra dan penulis untuk mendorong dan memajukan demokrasi serta kebebasan berekspresi di Asia Tenggara, ALF juga akan menghadirkan pembicara seperti jurnalis dan penulis Arswendo Atmowiloto untuk menanggapi isu penistaan agama. Arswendo pernah dijeboloskan ke penjara karena kasus penistaan agama setelah melakukan survei untuk tabloid Monitor tahun 1990.
Selain tema-tema tersebut ALF 2017 pun turut mengangkat tema populisme dan radikalisme. “Kami menghadirkan jurnalis sekaligus penulis yang sudah malang melintang di kawasan ini, Michael Vatikiotis. Ia telah puluhan tahun meneliti Indonesia dan kawasan ini. Buku terbarunya juga tentang konflik agama,” ujar Direktur Program ALF Okky Madasari melalui rilis yang diterima Tempo, Rabu, 5 Juli 2017.
Setiap tahunnya, helatan ALF senantiasa menghadirkan pemikir-pemikir yang kritis dan berpengaruh di Asia Tenggara setiap tahunnya. Sosok-sosok ini tak hanya dikenal melalui karyanya tapi juga perjuangannya menegakkan keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan.
AISHA SHAIDRA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini