Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gagal jantung merupakan kondisi ketika otot jantung tidak memompa darah dengan normal. Ketika hal ini terjadi, darah tidak mengalir lancar dan cairan dapat menumpuk di paru-paru hingga menyebabkan sesak napas. Kondisi jantung tertentu seperti penyempitan arteri di jantung (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi secara bertahap membuat jantung terlalu lemah atau kaku untuk mengisi dan memompa darah dengan benar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gagal jantung dapat berlangsung terus-menerus (kronis) atau mungkin dimulai tiba-tiba. Selain jantung koroner dan hipertensi, beberapa faktor lain yang juga menyebabkan gagal jantung adalah kardiomiopati atau kondisi yang mempengaruhi otot jantung, artimia, kerusakan pada katup jantung, penyakit jantung bawaan, minum alkohol, merokok, dan apnea tidur atau ketidakmampuan bernapas dengan benar saat tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), Rarsari Soerarso, menjelaskan jantung koroner, hipertensi, hingga apnea tidur merupakan beberapa faktor risiko dari terjadinya gagal jantung.
"Penyebab gagal jantung terbanyak kalau di RS Harapan Kita itu pertama koroner dan kedua baru hipertensi," ujar Rarsari.
Ciri gagal jantung
Ia mengatakan beberapa ciri gagal jantung yang dapat dikenali adalah sesak napas saat istirahat atau beraktivitas, kelelahan luar biasa, napas pendek, detak jantung cepat, tidak nafsu makan, batuk dan bersin setiap saat, kenaikan berat badan secara drastis, serta sering buang air kecil di malam hari.
"Biaya gagal jantung itu besar banget dan banyak orang yang enggak tahu kalau dia sudah mengarah ke gagal jantung. Dia juga akan sering bolak balik dirawat," tutur Rarsari.
Berdasarkan data I-HEFCARD, 17,2 persen pasien gagal jantung di Indonesia meninggal saat perawatan rumah sakit, 11,3 persen meninggal dalam satu tahun perawatan, dan 17 persen mengalami rawat inap berulang. Menurut Rarsari, saat ini sudah banyak pilihan untuk pengobatan gagal jantung. Yang paling utama adalah kontrol ketat atas obat dan gaya hidup serta pemantauan yang cermat.
Seiring dengan perkembangan kondisi pasien, dokter juga dapat menawarkan pilihan pengobatan lebih lanjut. Tujuannya untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk seperti menurunkan risiko kematian dan kebutuhan rawat inap, meredakan gejala, serta meningkatkan kualitas hidup.