Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Perbedaan Makan Ramen di Jepang

Urutannya, minuman, dumpling khas Jepang, lalu ramen.

26 Oktober 2015 | 23.01 WIB

Seorang pekerja mempersiapkan mie perkedel ikan di toko Goraesa Co di Busan, Korea Selatan. Mie tersebut memiliki bentuk yang sama seperti ramen dari Jepang. SeongJoon cho/Getty Images
Perbesar
Seorang pekerja mempersiapkan mie perkedel ikan di toko Goraesa Co di Busan, Korea Selatan. Mie tersebut memiliki bentuk yang sama seperti ramen dari Jepang. SeongJoon cho/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Bagi penggemar masakan Jepang, pasti Anda tak asing lagi dengan istilah ramen. Namun tahukah Anda kalau budaya makan ramen di Indonesia dan di negara asalnya, Jepang, ternyata sedikit berbeda. Ditemui dalam peluncuran menu baru IPPUDO, Takashi Mikami, koki sekaligus konsultan IPPUDO menjelaskan perbedaan budaya makan ramen di kedua negara tersebut.

"Jika dibandingkan dengan orang Indonesia dan kebanyakan di Asia Tenggara, orang Jepang memiliki tradisi unik ketika memakan ramen. Cara ini selalu menjadi standarnya," terang Takashi, Rabu, 21 Oktober 2015 di Pasific Place. Ia menambahkan, tak hanya urutan makannya saja yang berbeda, namun porsinya juga sangat berbeda.

"Urutannya, minuman, dumpling khas Jepang, lalu ramen," jelasnya. "Yang pasti, kebanyakan pria Jepang akan memesan kaidama atau mie tambahan," kata dia. Selain mie, terkadang orang Jepang juga menambahkan nasi seperti yang biasa dilakukan mahasiswa di Jepang.

Amanda Sihombing, Marketing Manager IPPUDO Indonesia, lalu menambahkan, kebiasaan orang Jepang yang makan ditempatnya akan menyisakan 60% kuah ramen kemudian memesan kaidama atau mie tambahan untuk dikonsumsi.

Kebiasaan ini ternyata memiliki alasan yang signifikan. Mori Hiroshi, Regional Marketing Manager IPPUDO Malaysia mengatakan kebiasaan makan karbohidrat yang berlebih dikarenakan orang Jepang memiliki kebiasaan untuk berjalan kaki. "Ketika saya di Jepang, saya makan dengan porsi yang banyak karena saya sering berjalan kaki," tambah dia.

DINI TEJA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aliya Fathiyah

Aliya Fathiyah

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus