Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERAN ganda bagi wanita yang bekerja di kantor dan di rumah dapat seperti buah simalakama. Jika tidak hati-hati, ia menjadi sasaran penyakit jantung koroner. Keadaan itulah, paling tidak, yang kini banyak menyerang wanita usia di bawah 60 tahun di Swedia. Sebuah hasil studi kelompok peneliti dari Institut Penelitian Kedokteran Karolinska di Stokholm, yang dipimpin Prof. Kristina OrthGomer, menunjukkan bahwa belakangan ini penyakit jantung koroner di kalangan wanita yang berusia seperti disebut tadi meningkat lebih dari 50% dibanding dengan 15 tahun lalu. Penyebab meningkatnya penyakit yang dapat membuat mati mendadak itu adalah stres. "Mereka menghadapi dilema atas tuntutan peran ganda. Di satu sisi wanita itu bekerja penuh di kantor dan di sisi lain mereka meneruskan kerja lain setelah pulang ke rumah," kata Prof. OrthGomer. Penelitian tersebut dilakukan di pabrik Volvo, Gothenburg. Respondennya adalah manajer madya yang terdiri dari wanita dan pria. Walau pekerjaannya hampir tak ada bedanya bagi karyawan yang berlainan jenis itu, ternyata manajer wanita mengalami tingkat stres lebih tinggi dari manajer pria. Stres itu menyerang sepanjang hari kerja. Di rumah, tingkat stresnya lebih tinggi dibanding dengan ketika mereka di kantornya. Kaum Hawa itu, menurut penelitian tadi, rata-rata menghabiskan 20 jam lebih banyak dalam mengurus rumah dibanding dengan suaminya. "Karena itu, ia harus bisa membagi waktu untuk segala macam, mengingat pilihannya yang gigih sebagai wanita karier, istri, dan sekaligus sebagai ibu," ujar OrthGomer. Adapun suami, setelah di rumah umumnya dapat bersantai. Mereka mudah meninggalkan urusan kantor karena pekerjaannya tidak dibawa ke rumah. Sebaliknya, wanita masih harus mempersiapkan makan malam dan mengurus anak. Inilah yang membuat beban kerja menjadi tak berimbang. Apalagi wanita itu, menurut OrthGomer, ngotot untuk menyamai rekan pria -- karena didorong emansipasi. Perasaan mencekam yang menimpa mereka itu tentu memicu stres sehingga membuat hormon terangsang lepas dari kelenjar adrenal ke dalam darah. Selanjutnya, hormon itu membuat tekanan darah naik. Stres justru dapat membangkitkan tekanan darah hingga 70 persen di atas normal. Padahal, naiknya tekanan darah merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit jantung koroner. Yang mencemaskan, terdapat dokter yang sering mengabaikan keluhan dari wanita itu. Karena, menurut dokter, wanita di bawah usia 60 tahun tidak lazim menderita serangan jantung. Pandangan itu ada alasannya. Ahli jantung di RS Harapan Kita, Jakarta, Lili Rilantono, pernah mengatakan bahwa wanita di atas 60 tahun sebenarnya mudah terancam penyakit jantung dibanding dengan wanita berusia muda. "Ancaman itu ada hubungannya dengan masa menopause," katanya. Jumlah penderita penyakit jantung pada wanita menopause itu 2-3 kali lipat dibanding dengan pada wanita yang masih mengalami menstruasi. Menurut Lili, ada sebuah survei di tiga kecamatan di Jakarta Selatan yang menunjukkan indikasi besarnya persentase gejala serangan jantung pada wanita. Survei itu tidak didasarkan pemeriksaan intensif. Yang dicatat hanya indikasi, khususnya sakit dada. Hasilnya mengejutkan, dari responden yang mengalami gangguan jantung itu, ternyata 66% adalah wanita (TEMPO, 6 Oktober 1990). Lalu, bagaimana mengatasi serangan jantung, khususnya bagi para wanita yang gigih dengan emansipasi? Inilah resep dari Gunilla Burell, psikolog kondang di Swedia: "Mereka harus lebih banyak mendengar musik, bermeditasi, dan berendam dalam air hangat." Gatot Triyanto (Jakarta) dan Bambang Purwantara (Kopenhagen)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo