Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Saran buat Pasangan Usia Paruh Baya yang Tengah Membangun Hubungan dan Ingin Menikah

Membangun hubungan baru di umur yang sudah tidak muda atau usia paruh baya punya tantangan unik tersendiri. Berikut hal yang perlu dipahami.

16 April 2024 | 12.16 WIB

Pasangan paruh baya berjalan bergandengan di bawah pohon saat musim gugur di Sheffield Park Garden, Haywards Heath, Inggris, Senin 20 Oktober 2014. REUTERS/Luke MacGregor
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pasangan paruh baya berjalan bergandengan di bawah pohon saat musim gugur di Sheffield Park Garden, Haywards Heath, Inggris, Senin 20 Oktober 2014. REUTERS/Luke MacGregor

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Membangun hubungan baru di umur yang sudah tidak muda atau usia paruh baya, apakah pernikahan kedua atau ketiga, punya tantangan unik tersendiri. Pendapat itu disampaikan oleh Nicole Sodoma, pendiri Sodoma Law di Carolina Utara, Amerika Serikat, yang menyebut dirinya sebagai pengacara perceraian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Beberapa faktor yang mungkin tak ada di pernikahan pertama adalah kehadiran anak dan cucu, keluarga yang sudah membesar, serta koneksi dan komitmen lain yang kemungkinan harus dikorbankan demi keberhasilan hubungan yang baru. Sonoma menyebut pentingnya komunikasi yang tepat dalam hubungan yang lebih kompleks ini. Ia juga menyebut pentingnya faktor lain seperti keintiman fisik dan emosional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bagaimana posisi keuangan Anda? Bagaimana hubungan anak-anak Anda dengan pasangan? Jika ingin tinggal di rumah salah satunya, bagaimana tanggapan anak-anak?" ujar Sonoma kepada Fox News Digital.

Menurutnya, pembahasan seperti ini sering muncul pada pernikahan kedua atau ketiga, terutama jika menikah lagi karena bercerai. "Bahkan terapis terbaik pun butuh waktu untuk melihat apakah Anda berada pada jalur yang sama. Dan tak semua orang sepakat perjanjian pranikah adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah," lanjutnya.

Perlukah perjanjian pranikah?
Ia lalu menambahkan, "Bahkan jika tak ada perjanjian pranikah, setidaknya ada pembahasan dan perasaan yang sama mengenai isu tersebut jika kelak terpaksa berpisah atau bercerai, atau bahkan meninggal dunia, sangat penting."

Ia menekankan hubungan di usia paruh baya pasti ada lebih banyak beban yang perlu dipikul. Buat yang berencana menikah lagi, Sonoma menyarankan untuk membedakan antara koneksi dan komunikasi. Jangan lupa bahas juga masalah kesehatan mengingat usia tak lagi muda.

Sonoma juga menganjurkan pasangan usia emas ini untuk memikirkan aspek yang mungkin tidak dialami pada pernikahan pertama, termasuk memahami bahasa cinta. Sang pengacara juga meminta jangan memikirkan kegagalan saat harus memadukan dua keluarga, terutama terkait keuangan dan harta bawaan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus