Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kematian George Floyd yang secara garis besar merujuk pada rasisme tengah jadi sorotan. Hal tersebut pula yang terjadi di Indonesia, di mana banyak masyarakat yang menunjukkan solidaritas untuk menghentikan rasisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jika dilihat, tak jarang media sosial dijadikan jembatan untuk menyuarakan pendapat terkait rasisme. Sebut saja tagar Blacklivesmatter hingga berbagai meme tentang rasisme yang banyak diunggah masyarakat. Menanggapi hal tersebut, komedian Ernest Prakasa angkat bicara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebagai korban perundungan akibat rasisme lantaran memiliki etnis minoritas di Indonesia, Ernest mengatakan berkoar di media sosial tidak salah karena bisa meningkatkan kesadaran masyarakat. Meski demikian, kegiatan tersebut dinilai tidak cukup.
“Karena ini adalah sebuah isu yang sangat kompleks dan tidak bisa sesederhana dibantu atau dipecahkan dengan membanjiri media sosial dengan meme dan hastag saja,” katanya dalam IGTV berdurasi hampir 9 menit di akun @ernestprakasa pada 4 Juni 2020.
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Ernest mengatakan yang terpenting ialah bagaimana seseorang mematahkan stereotip sebab akar dari rasisme sendiri datang dari stereotip.
“Stereotip itu bertahan karena kalian tidak bergaul dengan mereka. Misalnya, Anda berpikir Cina itu pelit, tapi mencoba berteman dengan Cina dan ternyata tidak pelit. Pikiran pelit itu akan luntur,” ujarnya.
Hal yang sama terjadi pada orang di Indonesia Timur. “Kalian mungkin berpikir bahwa orang Timur itu keras. Coba berteman dengan Arie Kriting, dia orangnya mellow sekali. Begitu juga dengan Glenn Fredly yang dikenal baik sekali,” katanya.
Untuk itu, sebelum stereotip berakar hingga tua dan sulit dikikis, Ernest berharap agar anak muda menerapkan kontribusi sederhana namun nyata lewat bergaul dan berteman dengan orang yang berbeda.
“Dengan begitu, Anda akan kenal dia sebagai seorang individu terlepas dari agama, suku, ras, dan sebagainya,” tuturnya.