Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung -Potret Ir. Soekarno di tembok itu seperti menyoroti gerak-gerik Nyonya Eha yang tengah melayani pelanggannya. Di samping bingkai foto itu, terpajang sejumlah artikel koran harian. Artikel-artikel tersebut memuat cerita tentang warung legendaris yang berlokasi di tengah Pasar Cihapit, kompleks Jalan Riau, Bandung, ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu artikel menyebut kalau si pemilik warung, yakni mertua Nyonya Eha, merupakan keluarga veteran. Nyonya Eha membenarkannya. Bahkan keluarga mereka bersahabat baik dengan istri kedua Soekarno, Inggit Garnasih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mertua saya dulu memang dekat sekali dengan Bu Inggit. Beliau dan anak-anaknya, seperti Guruh Soekarno dan Guntur Soekarno, sering makan di sini,” tutur perempuan berusia 70-an itu.
Cerita Nyonya Eha menyiratkan bahwa warungnya pernah digemari orang-orang penting, Juga menegaskan lapaknya sudah berusia puluhan tahun. “Warung ini buka sejak 1948 dan sempat vakum setahun karena keadaan politik yang genting setelahnya,” katanya.
Warung Nyonya Eha termasuk tempat makan khas Sunda yang terkenal di Bandung. Sejumlah aplikasi pencarian restoran memberikan nilai dan peringkat maksimal. Beberapa pe-review makanan juga merekomendasikan wisatawan mengunjungi warung tersebut kalau sedang melancong ke Bandung.
Bukan cuma karena milik keluarga Veteran yang punya kedekatan khusus dengan famili Soekarno, warung milik Nyonya Eha laku keras lantaran cita rasanya istimewa. Hampir semua makanan diolah dengan bumbu rempah yang kuat.
Apalagi menu utamanya, yakni empal gepuk. Daging sapi itu dimasak garing. Bagian luarnya crispy, tapi daging dalamnya masih juicy. Di atasnya diberi taburan parutan kelapa. Taburan itu memberi sentuhan gurih pada daging.
Empal gepuk biasa dinikmati dengan nasi timbel, atau nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Aromanya wangi, tak seperti nasi biasa. Sentuhannya diperkaya dengan lalapan mentah khas Sunda: leunca, terong hijau, daun selada, mentimun, dan daun kemangi.
Menu itu selalu habis dua jam setelah warung buka. Sebab, pelanggan biasanya datang pagi-pagi benar untuk menu sarapannya. Empal gepuk sudah ada sejak warung pertama kali dibuka dan dipertahankan sampai sekarang.
Namun ada juga yang dihilangkan. Misalnya kentang ongklok dan kastrol kacang merah. Menu-menu ini tak lagi dihidangkan karena juru masaknya, yakni mertua Eha, yang juga mantan koki para kolonial, tutup usia.
Lalu dari tahun ke tahun, menu-menu khas masakan kolonial diganti dengan lauk-pauk Sunda. Salah satunya pepes oncom.
Kalau ingin ke sini, usahakan datang sebelum pukul 07.00 Sebab, warung yang buka sedari subuh ini bakal diserbu di jam-jam sarapan, antara pukul 07.00 hingga 09.00. Selepas itu, menu sudah tak lengkap.
Warug Eha
Alamat: Pasar Cihapit, Jalan Cihapit No. 8A, Cihapit, Bandung Wetan, Cihapit, Bandung Wetan
Harga: mulai Rp 5.000 hingga Rp 40 ribu
Buka pukul: 05.00 – habis (biasany pukul 11.00)