Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kedokteran jiwa Kristiana Siste Kurniasanti mengatakan kelas ekonomi tidak memiliki hubungan kuat dengan kebiasaan bermain judi online.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penelitian mengatakan tidak ada hubungannya kelas ekonomi dengan kebiasaan judi online. Tapi kelas ekonomi berhubungan dengan jenis judi dan taruhannya," paparnya dalam siniar tentang judi online, Kamis, 12 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengungkapkan kelas ekonomi rendah saat ini bisa memulai judi online dengan modal serendah Rp 2 ribu. Demikian pula dengan kelas ekonomi atas yang bisa berjudi dengan taruhan yang besar. Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan orang kecanduan judi online adalah ketidakmampuan mengendalikan diri serta kecenderungan melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.
Dia mencontohkan dengan penjudi yang berhenti setelah kalah di suatu titik, yang berarti bisa mengendalikan diri. Kemudian, dengan penjudi lain yang tidak berhenti sampai menang taruhan, yang berarti tidak bisa mengendalikan diri.
"Sebenarnya faktor lingkungan juga mempengaruhi orang lain untuk ikut main (judi online), tapi tidak menjadi satu-satunya faktor yang membuat kecanduan kalau individunya sendiri bisa mengatakan tidak," tambah Kepala Divisi Psikiatri Adiksi, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Kristiana mengatakan orang yang impulsif dan mudah emosi akan selalu merasa dapat membalas kekalahannya sehingga menciptakan kepercayaan yang irasional dalam diri. Dia juga menjelaskan orang tersebut memiliki kesalahan kognitif dalam diri, di mana ia mengaku yakin akan memenangkan permainan berikutnya karena telah memiliki strategi khusus untuk dapat menang.
"Ketika ditanya apa strateginy, dia tidak bisa menjawab atau enggak ada karena memang gambling itu by chance, bukan skill," tambahnya.
Untuk itu, Kristiana mengimbau kepada siapa pun yang memiliki kerabat yang gemar bermain judi online untuk tidak mempercayai pernyataan "Aku berhenti kalau aku menang," karena hal tersebut merupakan kontrol ilusional yang menyebabkan penjudi akan mencoba bermain kembali karena sudah merasakan menang judi.
Bantuan keluarga
Dia juga mengimbau agar keluarga dan kerabat terdekat untuk mengawasi anggota keluarga dari bahaya kecanduan judi online serta memeriksakannya ke psikiater jika gemar judi online. Sementara itu, Kepala Pusat Riset (Kapusris) Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wahyu Pudji Nugraheni, menyebut dukungan emosional menjadi aspek penting lain dalam proses pemulihan, terutama untuk mengurangi stigma negatif bagi penderita gangguan mental.
"Keluarga harus memberikan dukungan emosional, itu aspek terpenting dalam pemulihan. Itu mencakup bisa dengan bersabar, memberikan cinta kasih, dan menunjukkan kepedulian terhadap penderita," katanya.
Ia juga mengatakan untuk memulihkan kondisi mental yang diderita, keluarga juga perlu mengajak penderita mau dirawat oleh profesional. Hal ini bertujuan agar pengobatan yang diberikan lebih terukur.
"Orang yang sakit mental itu tidak perlu dibawa ke dukun tapi harus diobati medis karena memang harusnya seperti itu, diobati secara profesional karena medis itu terukur," tutur Wahyu.
Pilihan Editor: Psikiater Sebut Penyebab Orang Kecanduan Judi