Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa anggapan yang berkembang di masyarakat soal hubungan seksualitas pasangan suami-istri. Namun hal tersebut merupakan pendapat yang salah. Salah satunya adalah soal sperma tumpah. Bagaimana penjelasan ilmiah yang sebenarnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dokter spesialis andrologi, Cinta Ayu Abutari ada beberapa mitos dan fakta mengenai hubungan seksualitas pasangan suami-istri. Ia memberikan edukasi kepada masyarakat agar memiliki pemahaman yang benar dan tidak terjebak pada mitos-mitos yang salah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman RSUD dr Iskak Tulungagung, menurut dokter Cinta sedikitnya ada lima contoh mitos yang berkembang soal seksualitas.
Lima contoh mitos itu adalah;
- Jika sperma tumpah, memperkecil peluang seorang perempuan/istri sulit atau bahkan tidak bisa hamil
- Alat kelamin pria masih bisa diperbesar dengan obat atau ramuan
- Mayoritas perempuan 75 perse bisa orgasme
- Semua pria yang ejakulasi pasti akan orgasme
- Ganguan seksual hanya dialami oleh pria
Pertama ada yang mengatakan jika sperma tumpah bisa menyebakan seorang perempuan/istri sulit atau bahkan tidak bisa hamil.
Padahal faktanya sperma tumpah dari vagina setelah hubungan intim pasangan suami-istri justru hal yang baik.
“Mengapa baik, sebab terdapat komponen utama yaitu sperma. Sebab volume ejakulasi hubungan seksual suami dan istri mencukupi,” katanya dokter Cinta seperti dikutip dari laman RSUD dr Iskak Tulungagung, Kamis 8 Juli 2021.
Faktor kehamilan bukan berdasarkan hal tersebut. Melainkan berdasarkan kualitas dari si sperma itu sendiri.
Mitos kedua yaitu penis pria masih bisa diperbesar dengan obat atau ramuan. Kenyataannya penis pria yang telah melewati masa puber sudah tidak lagi bisa diperpanjang atau diperbesar. Di mana masa puber laki-laki yaitu pada usia 13-14 tahun.
“Upaya untuk memperpanjang dan memperbesar alat kelamin laki laki dewasa kemungkinan kecil keberhasilannya," katanya.
Kemudian ada juga mitos yang mengatakan jika sebanyak 75 persen bisa mendapatkan orgasme dalam hubungan seksualnya. Padahal menurut menurut penelitian serta pengakuan perempuan, sebanyak 75-95 persen perempuan tidak mendapatkan orgasme saat berhubungan seksual dengan pasanganya.
Hal itu disebabkan oleh perbedaan kecepatan orgasme antara pria dan wanita. Wanita juga cenderung sulit untuk mendapatkan orgasmenya.
Sedangkan pada pria ada yang mengatakn jika semua pria yang mengalami ejakulasi pasti akan orgasme. Padahal menurut dr. Cinta Ayu Abutari buka begitu faktanya. Menurutnya, tidak semua laki laki bisa ejakulasi bisa mendapatkan kenikmatan atau orgasme.
Karena orgasme dan ejakulasi merupakan dua hal yang berbeda namun bisa terjadi secara bersamaan maupun berdekatan. Kalau ada masalah kesehatan seksual, kondisi ini belum tentu bisa dialami. Artinya, ejakulasi terjadi namun si pria tidak merasakan orgasme.
Terakhir, gangguan seksual ternyata tidak hanya dialami oleh pria. Perempuan juga bisa mengalaminya. Misalnya, wanita tidak mendapatkan orgasme dan kasus paling banyak adalah gangguan vaginismus.
Hal ini bermula dari kondisi si perempuan tidak memiliki mood berhubungan seksual. Pada saat itu cairan vagina menurun banyak saat berhubungan seksual yang berujung pada seks yang tidak nikmat bagi si perempuan.
TEGUH ARIF ROMADHON