Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak pasagan yang akhirnya tetap melangsungkan pernikahan di tengah pandemi virus corona. Demi keselamatan bersama, berbagai tindakan pencegahan pun dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona. Salah satunya adalah membatasi jumlah tamu yang hadir secara langsung, dan memperbanyak tamu pernikahan virtual. Harapannya, para kerabat dan sahabat tetap bisa menyaksikan dan ikut merasakan kebahagiaan pengantin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu tamu pernikahan virtual, Dita Wahyuning Ratri, berbagi suka duka menghadiri pernikahan virtual. Menurut Dita, salah satu keunggulan untuk menyaksikan hari bahagia kerabatnya sebagai tamu adalah tidak membutuhkan banyak tenaga dan usaha untuk ikut kegiatan itu. “Kalau pesta virtual begini, kita tidak perlu terjebak macet saat perjalanan ke lokasi dan harus bangun pagi-pagi untuk dandan. Lebih enak sih,” kata wanita 31 tahun ini saat dihubungi Tempo.co pada 6 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dita menghadiri pernikahan virtual rekan kerjanya, Trina dan Deddy pada 6 Juni 2020. Ini adalah pengalaman pertama Dita menjadi tamu dalam sebuah prosesi pernikahan virtual. Untuk menghadiri kegiatan itu, ia mengaku cukup mempersiapkan diri dengan mandi, dan menggunakan pakaian yang sederhana.
Biasanya ia perlu berdandan selama beberapa jam sebelum akhirnya berangkat ke lokasi acara. Bila harus hadir ke lokasi, Dita harus mempersiapkan diri dengan pakaian dan dandanan yang sangat rapi, menggunakan sepatu berhak, serta parfum. Belum lagi ia pun harus memperhitungkan waktu berangkat dan kemacetan di jalan menuju pesta pernikahan.
Walaupun persiapan menjadi tamu pernikahan virtual memudahkannya, Dita menilai ada pula kekurangan menjadi tamu yang hanya bisa melihat kedua mempelai lewat monitor telepon genggam atau laptop. Menurut Dita, ia kurang menikmati aura pernikahan itu dibanding saat ia hadir secara langsung. Ia pun sempat mengalami masalah teknis ketika hendak menonton sakralnya proses itu. “Kalau virtual ini, saya pakai dua device karena yang satu suka tersendat dan putus. Perhatian saya juga kurang fokus karena sekaligus melakukan kegiatan lain, sehingga terkadang harus mematikan video di gadgetnya. Jadinya kurang merasakan aura deg-degannya,” katanya Dita.
Tamu pernikahan virtual lain, Tri Widiastuti juga menikmati persiapan sederhana menghadiri pernikahan virtual. Ia mengaku hanya mandi, menggunakan baju sederhana, serta menambah riasan lipstik sebagai pemanis wajah. “Enak tidak perlu susah-susah mau pakai baju apa dan rencana berangkat pagi-pagi,” kata wanita berusia 28 tahun itu.
Sebaliknya, Tri pun merasakan beberapa kekurangan menjadi tamu pernikahan virtual. Salah satunya adalah keterbatasan mengikuti keseluruhan rangkaian acara. Salah satu contohnya adalah bila melihat hanya dari monitor, sering sekali kamera yang menampilkan kedua mempelai terhalang oleh petugas atau orang yang lalu lalang.
Selain itu, tamu virtual pun tidak bisa mendengar secara jelas pengisi acara karena suara atau microphonenya bergema lantaran tidak langsung terhubung di gadget yang merekan proses itu. “Karena tidak bisa kontrol apa-apa, ya cuma bisa pasrah. Coba kalau di lokasi pesta, saat pandangan terhalang orang, kita bisa pindah. Suaranya pun lebih jelas terdengar karena di tempat yang sama kan,” kata Trias yang baru pertama kali menjadi tamu undangan pernikahan virtual.
Tempo pun sempat menghadiri pernikahan virtual. Dari pantauan Tempo, para tamu undangan, ada yang tetap mengikuti proses acara pernikahan dengan mematikan video dan audio mereka. Ada pula yang menyalakan video mereka. Saat video menyala, terlihat penampilan para tamu yang sebagian hanya mengenakan kaos oblong dan rambut acak acakan. Ada pula tamu yang tampil dengan kemeja batik dan dengan dandanan full.
Ketika ingin bercengkerama dengan pengantin pun, terjadi sedikit kerusuhan karena hampir semua tamu ingin berbicara kepada kedua mempelai. Suara yang saling bersahutan itu, membuat pengantin tidak bisa menyapa satu persatu hadirin virtualnya. Akhirnya pengantin pun lebih banyak melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk mengikuti prosesi acara.
Bagi Anda yang sudah pernah menghadiri pernikahan virtual, apakah merasakan hal serupa?
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | MT