Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Suporter Fanatik ala Nissu Cauti untuk Peru, Ini Kata Psikolog

Anda suporter fanatik bola? Apakah Anda berani menanggalkan pakaian Anda demi gol tim nasional seperti Nissu Cauti? Simak kata ahli terkait aksi Cauti

28 Juni 2018 | 13.15 WIB

Nissu Cauti. atv.pe
material-symbols:fullscreenPerbesar
Nissu Cauti. atv.pe

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan bernama Nissu Cauti menjadi buah perbincangan publik dalam Piala Dunia 2018 beberapa waktu ini. Namanya dikenal sebagai "kekasih" dari timnas Peru. Hal ini tak lain akibat aksinya yang menjanjikan akan menanggalkan pakaiannya (topless) untuk setiap gol yang diciptakan Peru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Nissu Cauti juga memiliki banyak penggemar di media sosial. Di akun Instagramnya sendiri, ia memiliki hampir 100.000 pengikut. Nissu juga aktif dalam YouTube, tempat ia berbagi video dirinya saat menghadiri pertandingan.

Baca: Piala Dunia 2018: Menunggu Aksi Heboh Cauti di Ekaterinburg

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Psikolog klinis, Denrich Suryadi, memberikan tanggapannya terkait aksi Nissu Cauti yang berani tersebut. Meninjau dari sisi psikologis, sebutan khusus untuk perilaku Nissu memang tidak ada. “Paling fanatisme saja sih. Fanatik yang berujung euphoria (senang yang berlebihan), sehingga menampilkan perilaku tersebut,” kata Denrich kepada TEMPO.CO, 25 Juni 2018 lalu.

Nissu Cauti. Instagram

Menurut Denrich, mencari sensasi juga dapat menjadi salah satu motif atas tindakan Nissu Cauti. Terlebih, momen Piala Dunia 2018 memang selalu menyedot perhatian masyarakat dunia. “Tetapi, perilaku tersebut juga dapat bermotifkan nasionalisme terhadap bangsanya,” katanya.

Jika berbicara mengenai nasionalisme dan fanatisme, lanjut Denrich, perilaku yang dilakukan Nissu dapat dianggap merupakan bentuk kecintaan yang ekspresif. “Perilaku tersebut (bisa) dianggap atraktif juga ekspresif dalam level tertentu,” katanya. 

Baca: Polah Nissu Cauti yang Jadi Sorotan di Piala Dunia 2018

Mengaitkannya dengan rasa malu dan tidak pantas, Denrich mengungkapkan bahwa hal tersebut terkait dengan budaya. “Malu itu untuk standar budaya timur, ya sebenarnya,” katanya. 

Budaya Timur kental dengan nilai sosial budaya dan juga agama bila berbicara menampilkan tubuh secara vulgar. “Tetapi, nilai sosial budaya di bangsa tertentu sangat dimungkinkan untuk (bersikap) ekspresif dan bebas,” kata Denrich.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus