Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Retinoblastoma atau kanker mata adalah salah satu masalah kesehatan yang tidak boleh disepelekan. Dokter spesialis mata Putri Anggia Bunga mengatakan bahwa ini adalah kanker kedua terbanyak yang diidap oleh anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Yang pertama itu kanker leukemia dan kedua retinoblastoma. Jadi, kanker mata ini tidak boleh disepelekan dan penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan,” ungkapnya dalam acara HUT RSCM di Jakarta pada Sabtu, 21 Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Karena hingga kini belum ada cara efektif untuk mencegah kanker, Putri pun menyarankan agar senantiasa memperhatikan deteksi dini sebab dengan deteksi lebih awal, harapan hidup anak semakin tinggi. Gejala umum yang wajib diwaspadai termasuk mata merah.
Menurut Putri, mata merah bisa dialami oleh anak selama beberapa waktu. Meski ditangani sendiri dengan pemberian obat tetes, mata merah pun tidak kunjung sembuh dan bahkan bisa lebih parah.
“Kalau sudah mata merahnya lama, itu wajib langsung konsultasi sama dokter mata karena bisa saja risiko retinoblastoma,” ungkapnya.
Ambliopia atau malas juga menjadi tanda lain. Menurutnya, mata akan kesulitan untuk berkoordinasi dengan baik dan biasanya terjadi penurunan fungsi pada salah satu mata.
“Coba perhatikan mata anak, dia fokus menatap Anda atau matanya jalan-jalan seperti keluar? Ini menjadi tanda kanker tahap awal seperti mata merah,” jelasnya.
Sedangkan pada tahap yang lebih serius, Putri mengatakan bahwa mata kucing tak boleh disepelekan. Menurutnya, banyak orang tua yang tidak sadar, bahkan tahu namun menganggap mata dengan bulatan warna putih itu adalah suatu hal yang keren, sehingga enggan memeriksakan anak ke dokter.
“Mata kucing itu sudah masuk di tahap kanker mata yang lebih berbahaya. Orang tua harus bertindak karena ini tanda yang lebih serius,” tegasnya.
Terakhir, dan dikategorikan sangat parah bila mata anak keluar seperti orang melotot.
“Tanda yang ini sebenarnya sudah sangat fatal dan harapan hidupnya minim. Jadi, kalau bisa masih awal-awal sudah diperiksakan. Tapi, kita juga akan tetap berusaha semaksimal mungkin jika sudah sampai gejala akhir ini,” tuturnya.