Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat terasa terngiang lagu atau alunan musik tertentu, padahal sudah tak lagi memutarnya menandakan earworm disebut juga cacing telinga. Kondisi ini terasa seperti susah hilang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Live Science yang merujuk laporan dalam jurnal Psychology of Music terbitan 2012, sekitar 90 persen pengguna Internet di Finlandia pernah mengalami earworm.
Proses yang mempengaruhi earworm?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Publikasi itu menjelaskan, earworm hampir mutlak dialami saat muncul lagu-lagu baru yang berulang kali diputar di kafe, radio, Internet. Musik atau lagu dengan nada yang panjang dengan interval kecil biasanya bisa menimbulkan efek earworm bagi pendengarnya. Misalnya, laporan itu merujuk lagu-lagu yang mudah diingat atau catchy, seperti Bad Romance dan Poker Face yang dinyanyikan Lady Gaga.
Tidak sepenuhnya jelas proses orang mengalami earworm. Mengutip Nature, korteks pendengaran yang memproses suara di otak secara tidak sadar diaktifkan ketika seseorang mendengarkan lagu. Itu terutama lagu yang biasanya sudah dikenal atau memiliki ritme yang sama.
Kondisi earworm memaksa otak untuk menerjemahkan suara atau musik menjadi semacam neuron aktif. Lagu itu pun akhirnya menempel di ingatan. Earworm terjadi secara tidak sengaja. Mengutip Psychology Today, salah satu cara teruji untuk mengurangi earworm bisa sambil bermain teka-teki (puzzle) atau sudoku untuk memecah konsentrasi otak. Strategi ini sebetulnya untuk mengajak otak agar berfokus terhadap hal lain.
Mengutip laporan penelitian dalam jurnal Psychological Science, berfokus satu jenis musik tertentu, lagu, dan bagian riff akan melekat dalam pikiran. "Otak kita terus memproses musik, bahkan ketika tidak ada yang diputar, termasuk saat tidur," kata ahli psikologi Michael Scullin.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.