Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Tidak Cocok dengan Isi Dongeng Anak? Karang Sendiri Saja  

Banyak ditemukan unsur kekerasan dan seksualitas dalam cerita anak Nusantara.

21 Oktober 2015 | 12.30 WIB

Michelle Obama menunjukan gambar pada buku saat membacakan dongeng berjudul "Twas the night before Christmas" pada pasien, keluarga dan karyawan saat berada di Sistem Kesehatan Nasional Anak, Washington, 15 Desember 2014. AP/Manuel Balce Ceneta
Perbesar
Michelle Obama menunjukan gambar pada buku saat membacakan dongeng berjudul "Twas the night before Christmas" pada pasien, keluarga dan karyawan saat berada di Sistem Kesehatan Nasional Anak, Washington, 15 Desember 2014. AP/Manuel Balce Ceneta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang tua mengaku resah terkait dengan isi cerita anak dan dongeng rakyat. Misalnya pasangan Aditya Mulya dan Ninit Yunita. Mereka berinisiatif menciptakan dongeng sebelum tidur untuk dua putra mereka.

Sebagai penulis, keduanya tertantang untuk membuat cerita yang memuat nilai-nilai yang hendak mereka ajarkan kepada sang buah hati. “Susah-susah gampang,” ujar Aditya, seperti ditulis Koran Tempo, Rabu, 21 Oktober 2015. “Cara yang gampang adalah dengan personifikasi hewan atau cerita keseharian.”

Kekecewaan Adit terhadap kisah dalam cerita rakyat timbul saat ia membacakan dongeng Petualangan Si Kancil sebagai pengantar tidur anaknya. Ternyata, Adit baru menyadari banyak nilai yang tak sesuai dengan keyakinannya. Misalnya, kancil yang suka mencuri dibilang pandai. Akhirnya, bersama sang istri, ia berkomitmen membuat cerita sendiri demi menanamkan nilai-nilai yang ia yakini lebih benar kepada anaknya.

Selain membuat mereka tidak waswas lagi saat memberikan cerita, cerita buatan sendiri itu rupanya bisa membuat anak merasa spesial. Sebab, anak mendapatkan kisah-kisah menarik itu hanya dari kedua orang tuanya.

Roosie Setiawan, salah satu pegiat Komunitas Reading Bugs, memiliki pengalaman senada dengan Adit. Sebagai penggagas kegiatan membaca lantang kepada anak, ia kerap menemukan buku yang mengandung kisah atau nilai yang terlalu dewasa atau tidak pantas ditiru anak. “Ada yang menceritakan soal membangkang kepada orang tua atau cerita yang memuat kata-kata kasar. Beberapa saya temukan dari dongeng Nusantara,” ujarnya.

Idealnya, dari suatu cerita bisa tertanam nilai-nilai yang baik bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembang mereka. Beredarnya buku-buku cerita yang belum terjamin isinya mau tak mau menuntut pendampingan orang tua yang semakin ketat.

Amanda Casimira, Manajer Program Divisi Literasi ProVisi Education, mengatakan ada dongeng anak Nusantara yang memuat cerita dewasa, misalnya mengandung unsur seksualitas. Cerita seperti ini perlu diwaspadai karena tak cocok bagi anak. Ia menilai dongeng anak Nusantara bukan bacaan bagi pemula. Sebab, ceritanya mengandung alur yang kompleks dan plot yang cukup rumit serta memuat beberapa konsep sekaligus.

Menurut Amanda, pendampingan orang tua diperlukan karena dalam cerita rakyat Nusantara terdapat beberapa konsep bahasan yang cukup rumit, misalnya soal pernikahan dan adat-istiadat. Orang dewasa yang mendampingi pun harus bisa menyampaikan kisah dalam cerita itu dengan baik.

AISHA SHAIDRA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mohammad Reza Maulana

Mohammad Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus