Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Tips agar Emosi Anak Remaja Tetap Stabil, Orang Tua Harus...

Orang tua perlu melakukan beberapa hal agar anak remajanya bisa mengontrol emosi.

19 Februari 2018 | 10.43 WIB

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Perbesar
Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketidakstabilan emosi pada anak remaja bisa diminimalkan jika orang tua membekali anak dengan kemampuan mengelola emosi sejak dini. Caranya, menerapkan pola asuh yang memberi kesempatan kepada anak untuk mengenali, memahami, mengendalikan, dan mengekspresikan emosi dengan tepat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Ada sebagian orang tua yang cenderung 'mematikan' emosi anak daripada membantu anak mengenali dan mengatasi emosinya. Misalnya, saat anak marah dan menangis, orang tua hanya mengatakan, 'Sudah, jangan menangis!’ Orang tua tidak membantu anak memahami emosinya—mengapa dia kesal atau sedih—dan tidak membantu anak mengetahui yang harus dilakukan jika merasa kesal, marah, atau sedih,” kata psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjodo, memberi contoh.

Baca: Agnez Monica Diulas Vogue, Artis ini juga Ditulis Media Asing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika anak menangis, tanyakan, apa yang membuatnya menangis?

Tawarkan pula solusinya, misalnya dengan mengatakan, “Kamu sedih karena mainan rusak? Nanti Ibu benarkan. Kalau mainanmu sudah benar, kamu tidak sedih lagi, kan?” Anak harus paham, setiap emosi ada penyebabnya dan semua masalah ada solusinya.

Tontonan televisi, permainan, dan lingkungan luar rumah bisa ikut memberi andil dalam membentuk karakter anak yang temperamental, tapi tidak selalu. “Sesuatu yang dikonsumsi berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan memberikan nilai-nilai yang diserap anak dan diterapkan dalam perilakunya, termasuk nilai-nilai kekerasan,” ucap Vera.

Ketika anak sering menyaksikan tontonan yang mengandung unsur kekerasan, bisa jadi dia akan terpengaruh, tapi bisa juga tidak terpengaruh karena bimbingan yang tepat dari orang tua. “Masa paling penting (dalam pembentukan karakter) adalah 5 tahun pertama sampai usia remaja, bergantung pada lingkungan seperti apa anak tumbuh dan berkembang. Ada juga orang tua yang ada di rumah tapi tidak sepenuhnya hadir untuk anak, sehingga anak lebih banyak menerima pengaruh dari luar rumah,” ujar Vera.

Baca: Kisah Perajin Jamu, Sekolahkan Anak S2 dan Pelanggan dari Amerika

Yang sering tidak disadari, terbentuknya karakter anak terkadang dipengaruhi orang tua sendiri. “Contoh langsung dari bagaimana orang tua mengekspresikan emosi dan bagaimana orang tua menyelesaikan konflik dengan orang lain juga akan dipelajari anak,” tutur Vera. Ketika orang tua sering merespons sesuatu dengan marah, anak akan meniru. Reaksi orang tua terekam dalam otak anak, sehingga anak menganggap marah adalah reaksi yang wajar ketika emosinya tersulut.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus