Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu, 22 Desember 2018 mengakibatkan banyak korban luka. Sebagian besar korban luka mengalami trauma tumpul dan tajam jaringan lunak ekstremitas, punggung, perut, dada, dan kepala.
Baca juga: Tsunami: Seventeen, Jangan Sebarkan Foto dan Hoax! Apa Kata Ahli?
Fakta itu terungkap dari hasil pengamatan tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang mengirim tim dokter untuk membantu korban yang sedang mendapat perawatan medis.
"Tim FKUI melakukan upaya penilaian dan cek kondisi pasien (triase) dengan menyusuri Puskesmas yang ada di sekitar daerah bencana, seperti di Menes, Labuan, Panimbang, dan RS Pandeglang," ujar Ketua Tim 1 RSCM/FKUI untuk tsunami Selat Sunda, dr Yogi SpOT (K), di Jakarta, Selasa.
Pihaknya juga melakukan upaya pendampingan tata laksana pasien-pasien khususnya politrauma dengan melakukan pemeriksaan lingkungan.
Dia menjelaskan sebagian besar korban tsunami merupakan para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dia menjelaskan jumlah korban yang luka-luka sekitar 800-an orang. Kemudian yang dibawa ke rumah sakit terdekat hanya sekitar 300-an, sedangkan 500-an pasien lagi, mengalami luka-luka yang tidak berat dan ada juga yang menolak tindakan dan minta dirujuk ke Jakarta dan Tangerang.
"Pasien-pasien banyak yang minta dirujuk ke Jakarta, karena memang mereka wisatawan yang berasal dari Jakarta," jelas dia.
"Pasien yang mengalami trauma tumpul abdomen sempat mendapat pertolongan operasi." katanya.
Selain itu, banyak juga korban luka yang hidung dan telinganya kemasukan pasir.
Menurut Yogi, banyaknya korban yang selamat dikarenakan tsunami Selat Sunda tidak terlalu dahsyat dan tidak ada gempa bumi yang menyertainya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini