Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Yang Diperlukan Anak Hiperaktif atau Pengidap ADHD agar Terhindar dari Perundungan

Anak hiperaktif atau pengidap ADHD yang telah diobati harus diberi terapi agar bisa mengontrol perilaku seperti anak lain dan menghindari perundungan.

16 Januari 2024 | 16.21 WIB

Ilustrasi bullying. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi bullying. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Psikiater di RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K), mengatakan anak hiperaktif atau mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang telah diobati harus diberikan terapi perilaku agar bisa mengontrol perilaku seperti anak lain dan menghindari perundungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Meskipun telah diobati, lebih baik tetap diberi terapi perilaku agar anak ADHD yang sudah mampu mengontrol perilakunya bisa lebih berperilaku seperti anak pada umumnya,” ucap Tjhin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian, misalnya tidak bisa perhatian pada satu tugas tertentu atau tidak ingat apa yang harus dikerjakan. Anak dengan gangguan ini juga bersikap hiperaktif impulsif, misalnya tidak bisa duduk diam sering jalan-jalan di kelas, bawel, atau berperilaku suka mendorong. 

Anak pengidap ADHD bisa menjadi korban atau pelaku perundungan karena sifatnya yang hiperaktif dan tidak terkontrol, juga sering menjadi kambing hitam korban perundungan karena dianggap lebih lemah dan memiliki perbedaan perilaku di antara teman sebaya. Jika sudah melakukan terapi, orang tua perlu mengkomunikasikan kepada pihak sekolah atau guru bahwa anak sudah melakukan terapi dan bisa berperilaku seperti teman sebayanya. 

Pihak terapis juga kerap memberikan bekal kemampuan untuk meningkatkan keyakinan diri (self esteem) dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Dengan meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, anak akan bisa lebih percaya diri saat diperlakukan tidak tepat.

“Jadi kalau ada orang memperlakukan secara tidak tepat lagi, mereka harus menunjukkan sudah berubah. Ujung-ujungnya kita membantu mereka siap buat diri sendiri. Dengan demikian mereka lebih percaya diri, lebih mampu,” paparnya.

Hubungi pihak sekolah
Psikiater lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan jika lingkungan masih belum menerima atau melakukan hal yang sama kembali, orang tua perlu menghubungi sekolah atau pelaku perundungan agar guru bisa membina anak tersebut dan membantu anak-anak lain bisa menerima anak pengidap ADHD yang sudah diterapi apa adanya.

“Orang tua bisa menghubungi sekolah atau pembully agar gurunya bisa membina anak-anak tertentu yang mungkin masih menganggap anak-anak ini (ADHD) masih seperti sebelumnya. Jadi, kita yang membantu mengedukasi guru agar menjadi perpanjangan tangan untuk bisa membantu anak-anak lain bisa menerima anak ini apa adanya,” tandasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus