Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) DI Yogyakarta (DIY) memiliki sejumlah kekhawatiran tersendiri, terkait kebijakan penangguhan ibadah umrah pemerintah Arab Saudi menyusul merebaknya virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimanapun, seperti data statstik yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi per Desember 2019 lalu, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki jemaah umrah terbanyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perlu disadari, bahwa jemaah asal Indonesia ini tidak semua dari kalangan berada,” ujar Ketua ASITA DIY Udhi Sudiyanto kepada TEMPO, Sabtu, 29 Februari 2020.
Udhi menuturkan banyak dari jamaah asal Indonesia yang harus menabung dalam waktu cukup lama, demi niat ibadah umrah ke tanah suci itu.
Sehingga, ketika sekarang ada kebijakan penutupan akses umrah karena wabah virus corona itu, sudah sepatutnya para jamaah itu khawatir terutama dengan hasil tabungan yang telah dikumpulkan sekian lama.
“Kami sangat berharap pemerintah benar-benar mau campur tangan tentang hal ini. Agar bisa menyelamatkan dana para jamaah untuk umrah itu secara maksimal,” ujarnya
Udhi menuturkan ASITA DIY berharap pemerintah segera berkomunikasi secara intens dengan pemerintah Arab Saudi, untuk mencari solusi terbaik atas kebijakan penangguhan tersebut. Sebab hingga saat ini pun, belum ada satu temuan kasus pun virus corona di Indonesia.
“Komunikasi antarnegara ini penting agar land arrangement yang ada di Arab Saudi bisa memahami keadaan sekarang,” ujarnya.
Lebih dari itu, dengan adanya solusi itu diharapkan pembayaran untuk ibadah umrah para jamaah dari biro perjalanan di Indonesia juga tidak hangus. Melainkan tetap menjadi deposit untuk jamaah selanjutnya.
ASITA pun akan mendesak pemerintah RI agar intens melobi pemerintah Arab Saudi, agar bersedia memberi kelonggaran terhadap jamaah yang sudah memiliki visa tetapi gagal berangkat karena kebijakan akses tersebut.
“Kami juga akan mengkoordinasikan dengan para stakeholders terkait, agar tidak terjadi kerugian bagi jamaah,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Yogyakarta Singgih Raharjo sebelumnya mengungkapkan dampak wabah Corona di dunia salah satunya terlihat dari mulai berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara, termasuk ke Yogyakarta.
Turunnya kunjungan wisatawan mancanegara itu, terutama setelah beberapa negara di Asia Tenggara menaikkan status travel warning dari kuning menjadi oranye, seperti Singapura.
"Travel warning itu berpengaruh terhadap lalu lintas para turis termasuk di Yogyakarta, karena memiliki penerbangan langsung dari Singapura dan Malaysia," ujar Singgih.
Selain itu, dampak dari kewaspadaan berbagai negara atas virus corona itu, juga mau tak mau diikuti meningkatnya pembatalan atau penundaan pemesanan kamar hotel di Yogyakarta.
Laporan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta, penundaan dan pembatalan kamar hotel mencapai dua persen. Pembatalan atau penundaan itu berasal dari wisatawan asal Cina, dan beberapa negara Eropa dan Asia. Sedangkan untuk lalu lintas kunjungan wisatawan domestik sejauh ini masih aman.
Calon jamaah umrah mengambil brosur di kantor pusat Maktour Travel Umrah dan Haji, Jakarta Timur, Kamis 27 Februari 2020. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi menangguhkan sementara pelayanan umrah bagi warga dari luar kerajaan sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Di tengah wabah Corona ini, Yogyakarta tetap optimistis jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2020 melonjak menjadi lebih dari 500.000 orang atau meningkat dari 2019 sebanyak 433.000 orang.
PRIBADI WICAKSONO