Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Dan Gunung Rinjani pun Bertopi Mega

Fenomena puncak gunung bertopi awan kerap terjadi. Gunung Rinjani pun kian indah karenanya.

17 Juli 2019 | 20.53 WIB

Puncak Gunung Rinjani ditutupi awan. Fenomena yang kerap terjadi di musim kemarau itu mengundang perhatian warga. TEMPO/Supriyantho Khafid
Perbesar
Puncak Gunung Rinjani ditutupi awan. Fenomena yang kerap terjadi di musim kemarau itu mengundang perhatian warga. TEMPO/Supriyantho Khafid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mataram - Fenomena alam ini kerap terjadi di gunung, termasuk Rinjani: muncul awan putih berbentuk lensa menutupi puncak Gunung Rinjani. Hal itu terjadi pada Rabu (17/7) pagi hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Lukisan alam ini berlangsung dua jam sejak pukul 07.00 WITA. Awan yang menyerupai topi itu menjadi ramai ditonton warga. Di antara mereka bahkan mengabadikannya dari arah rest area di Desa Sembalun Lawang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena alam yang muncul terjadi bisa disaksikan pula dari Desa Sajang di utara Sembalun. ''Masyarakat heboh karena berkaitan adanya info gerhana dan isu gempa yang berkembang di Lombok,'' kata seorang warga Desa Sembalun Lawang, Rosyidin, kepada Tempo.

Ia semula mengabadikan munculnya awan putih di atas Rinjani yang berdekatan dengan gunung Sangkareang tersebut. ''Awalnya saya anggap biasa terjadi. Tapi karena jadi tontonan dari rest area, saya pun pulang mengambil kamera untuk memotretnya,'' ujarnya.

Menurutnya, jika dilihat dari arah rest area dekat kantor Camat Sembalun, maka tampak utuh gunungnya. Dan awannya seperti berbentuk mayat. ''Kata orang di sini itu biasa. Setiap tahun ada, selang beberapa bulan ada,'' ucapnya kemudian.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, fenomena kubah awan pada gunung dinamai sebagai Lenticular Clouds (Altocumulus lenticularis atau Lenticularis stand altocumulus). Awan unik ini terbentuk di sekitar bukit-bukit dan gunung-gunung akibat pergerakan udara di kawasan pegunungan. Dinamai lenticularis karena 'berbentuk lensa' dan cukup disebut sebagai lennies oleh para peneliti alam.

Puncak Gunung Rinjani ditutupi awan. Fenomena yang kerap terjadi di musim kemarau itu mengundang perhatian warga. TEMPO/Supriyantho Khafid

Proses terbentuknya Lenticular Clouds, diakibatkan arus udara yang lembab terdorong ke atas dan melintasi puncak gunung atau bukit yang menyebabkan kelembaban, sehingga mengembun dan akhirnya membentuk awan.

Menurut Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur Mertawi, Rinjani bertopi awan adalah fenomena alam biasa. Namun, masyarakat kerap menghubungkan dengan adanya musibah, seperti orang meninggal dunia atau maju mundurnya musim hujan. ''Selama musim kemarau bisa berulang kali muncul awan seperti itu,'' kata Mertawi.

Pendakian Gunung Rinjani sendiri sudah mulai didatangi pecinta alam setelah ditutup akibat bencana gempa bumi 29 Juli 2018 lalu. ''Alhamdulillah cukup bagus. Hanya kendala ke puncak belum normal dan ketakutan pendaki wisatawan karena gejala gempa masih muncul,” ujarnya. Pendakian dibuka melalui empat titik Sembalun, Senaru, Aik Berik dan Timbanuh.

Selama sebulan terhitung 14 Juni hingga 16 Juli 2019 kemarin, sudah didaki 2.916 orang yang terdiri dari 2.165 orang pendaki asing dan 751 orang pendaki lokal/nusantara.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus