Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Di Amerika, Penari Keraton Yogyakarta Hadapi Suhu 6 Derajat

Tim penari Keraton Yogyakarta tampil di Amerika untuk mengenalkan dan mementaskan sejumlah tarian sakral Keraton Yogyakarta pada 5-12 November.

5 November 2018 | 12.01 WIB

Sejumlah penari Keraton melakukan gladi resik disaksikan Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X jelang lawatan ke Amerika di komplek Keraton Yogya, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Sejumlah penari Keraton melakukan gladi resik disaksikan Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X jelang lawatan ke Amerika di komplek Keraton Yogya, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim penari Keraton Yogyakarta bakal tampil di Amerika Serikat untuk mengenalkan dan mementaskan sejumlah tarian sakral Keraton Yogyakarta pada 5-12 November 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Total ada sembilan penari yang berangkat. Dua di antaranya adalah putri pertama dan keempat Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Mereka adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi dan GKR Hayu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam lawatan itu, tim kesenian Keraton Yogyakarta setidaknya akan tampil empat kali di berbagai tempat, antara lain di Wesleyan University dan Yale University di negara bagian Connecticut serta Asia Society di New York.

"Meskipun saat tim kesenian keraton nanti tampil belum musim salju di Amerika, tapi udaranya sudah cukup dingin," ujar Kanjeng Pangeran Hario (KPH) Notonegoro, pemimpin tim kesenian keraton atau Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardaw, saat ditemui di Keraton Yogyakarta, Jumat sore, 2 November 2018.

Notonegoro menuturkan suhu pada November di Amerika saat malam mencapai 6 derajat Celsius, sementara saat siang berkisar 8-10 derajat Celsius. Meski suhu cukup dingin, hal itu tak akan mempengaruhi penari untuk tampil dengan tetap menjaga pakem dan kostum tarian yang dibawakan.

Putri pertama Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi (kedua dari depan), tampil dalam pementasan wayang orang memperingati Jumenengan Dalem di pagelaran keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Ia telah ditetapkan sebagai Putri Mahkota oleh Sultan awal Mei lalu. TEMPO/Pius Erlangga.

Lagipula tim sudah melakukan persiapan matang sejak Maret 2018. "Misalnya untuk tari yang sakral, seperti Bedhaya Sang Amurwabhumi, kostum yang dikenakan penari tetap seperti aturannya," ujar Notonegoro.

Notonegoro mengatakan, untuk menghadapi cuaca dingin, saat pentas tari yang dibawakan malam hari itu, ada banyak cara yang bisa dilakukan demi menjaga performa penari. Misalnya menggunakan penghangat ruangan yang dipakai pentas atau sebagainya.

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X juga mewanti-wanti agar para penari benar-benar menjaga stamina dalam lawatan ke Amerika ini. "Jangan sampai sakit karena menari itu harus fit, " ucapnya. Sultan mengakui yang menjadi tantangan utama penari adalah perbedaan cuaca yang cukup ekstrem di Amerika, yang butuh penyesuaian para penari. "Jangan sampai jetlag," tuturnya.

Kesenian yang dibawakan tim keraton di Amerika antara lain tiga tarian sakral, yakni tari wayang topeng Klana Sewandana Gandrung, tari golek menak Umarmaya-Umarmadi, dan tari bedhaya Sang Amurwabhumi ciptaan Sultan HB X.

Selain itu, tim kesenian Keraton Yogyakarta akan menampilkan wayang golek menak dengan lakon Bedhah Kebar serta pertunjukan wayang kulit purwa dengan lakon Arjuna Wiwaha.

PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus