Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kenapa Pendiri Lonely Planet Enggan Kembali ke Bali?

Menurut salah satu pendiri Lonely Planet, Bali sebenarnya memiliki tempat-tempat yang bagus tapi dia dia kapok ke sana.

17 Mei 2025 | 08.00 WIB

Seorang pengunjung berselfie dengan latar belakang pura Pura Ulun Danu di Danau Beratan, Bedugul, Bali, 14 Desember 2016. Objek wisata dengan panorama alam yang indah dan menarik di daerah pegunungan yang berhawa sejuk itu menjadi sasaran para wisatawan. TEMPO/Fajar Januarta
Perbesar
Seorang pengunjung berselfie dengan latar belakang pura Pura Ulun Danu di Danau Beratan, Bedugul, Bali, 14 Desember 2016. Objek wisata dengan panorama alam yang indah dan menarik di daerah pegunungan yang berhawa sejuk itu menjadi sasaran para wisatawan. TEMPO/Fajar Januarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai pendiri situs panduan perjalanan Lonely Planet, Tony Wheeler sudah mengunjungi banyak destinasi wisata di dunia. Dari banyak destinasi yang dia datangi, ada empat lokasi yang tidak akan dia datangi lagi dalam waktu dekat. Salah satunya adalah Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut Tony, Bali memiliki banyak hal menyenangkan. Dia belum lama ini melakukan perjalanan reuni dengan penulis travel di Pulau Dewata. Namun, ada satu hal yang membuat dia tidak mau kembali lagi ke Bali. "Sampai mereka membereskan kemacetan yang tidak masuk akal itu, saya tidak ingin kembali. Kecuali ada alasan yang sangat bagus untuk menyeret saya ke sana," kata dia, seperti dilansir Independent

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menambahkan bahwa Bali sebenarnya memiliki tempat-tempat yang bagus untuk menginap, seni dan tari yang menakjubkan, makanan yang luar biasa, dan tempat belanja yang bagus. "Tapi, tidak mungkin saya ingin menghabiskan dua jam lagi dalam hidup saya untuk bepergian antara jalur pantai Kuta dan Ubud," kata petualang berusia 78 tahun itu. 

Kemacetan di Bali menjadi salah satu keluhan utama para turis asing setelah wisata Bali bangkit kembali pascapandemi Covid-19. Puncaknya adalah kemacetan parah di jalan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, bahkan hingga ke jalan Tol Bali Mandara menjelang tahun baru 2024. 

Rusia, Arab Saudi dan Amerika Serikat 

Selain Bali, Tony juga menyebut tiga destinasi lain yang tidak akan dia datangi. Rusia masuk ke dalam daftar itu. Alasannya, negara itu bersekutu dengan Korea Utara dan AS untuk menyerang Ukraina. "Dan selama Putin terus membunuh orang-orang yang tidak bersalah," kata warga negara Australia dan Inggris itu. 

Ia menyebut peristiwa penembakan Malaysia Airlines MH17 oleh orang yang disebut anak buah Putin pada 2014. Sebagian besar penumpang pesawat itu orang Ukraina, tetapi ada juga 27 warga Australia di antara 298 penumpang dan awak yang tidak bersalah di pesawat.

Berikutnya dalam daftarnya adalah Arab Saudi. Negara itu menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk menjadi tujuan wisata terkemuka di dunia. Namun, Tony enggan kembali ke sana karena beberapa alasan. Pertama pembunuhan yang melibatkan negara itu, termasuk Jamal Khashoggi di Istanbul atau pekerja rumah tangga asal Afrika. 

Dia sendiri pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan saat ke Somaliland pada 2022. Di sana, dia menemukan satwa liar yang dilindungi menjadi peliharaan. Ia pernah bertemu dengan cheetah yang diselamatkan dari pengiriman ke Arab Saudi untuk dipelihara sebagai hewan peliharaan, kemudian dibunuh ketika mereka tumbuh terlalu besar. "Siapa yang tahu Somaliland memiliki cheetah? Siapa yang begitu bodoh untuk berpikir mereka mungkin menjadi hewan peliharaan yang baik? Arab Saudi? Tidak, terima kasih," kata dia. 

Terakhir adalah Amerika Serikat. Dia terakhir kali berada di AS pada bulan Desember 2024, setelah Donald Trump terpilih untuk masa jabatan kedua sebagai presiden. Tapi saat itu belum dilantik. Ia mengaku sudah mengunjungi hampir semua negara bagian di AS, kecuali tiga lainnya yakni Alabama, Kansas, dan Mississippi. Sekarang, setelah Trump dilantik, ia benar-benar tidak ingin pergi ke sana lagi.

Mila Novita

Bergabung dengan Tempo sejak 2013 sebagai copywriter dan menjadi anggota redaksi pada 2019 sebagai editor di kanal gaya hidup. Kini menjadi redaktur di desk Jeda yang meliputi gaya hidup, seni, perjalanan, isu internasional, dan olahraga

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus