Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Gemar Budaya Tionghoa? Kunjungi 5 Pecinan Terkenal di Indonesia Berikut Ini

Deretan pecinan ini bisa menjadi destinasi menarik untuk dikunjungi

12 September 2023 | 17.19 WIB

Pengunjung melihat pernak-pernik imlek yang dijual di kawasan kawasan Glodok, Jakarta, Jumat, 23 Januari 2023. Jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili pada 22 Januari 2023 kawasan pecinan Glodok dipenuhi dengan penjualan berbagai macam pernak pernik untuk merayakan Imlek yang dijual dengan mulai puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Perbesar
Pengunjung melihat pernak-pernik imlek yang dijual di kawasan kawasan Glodok, Jakarta, Jumat, 23 Januari 2023. Jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili pada 22 Januari 2023 kawasan pecinan Glodok dipenuhi dengan penjualan berbagai macam pernak pernik untuk merayakan Imlek yang dijual dengan mulai puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi penggemar budaya Tionghoa, berkunjung ke pecinan bisa menjadi alternatif wisata. Di Pecinan, ragam budaya Tionghoa terasa sangat kental, mulai dari pintu gerbang, bangunan, tempat ibadah, aksesori hingga kuliner. Tak jarang, pecinan banyak dikunjungi selain oleh wisatawan. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah 5 pecinan di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat.

1.Glodok

Salah satu pecinan yang ramai dikunjungi oleh masyarakat adalah Pecinan Glodok. Terletak di Jakarta Barat, pecinan ini telah dipilih sebagai wakil dari DKI Jakarta dalam Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Dalam ajang ini pula, Desa Wisata Pecinan Glodok dipercantik dengan pembangunan gapura dan beberapa hal baru pada pertengahan tahun lalu.

2.Singkawang

Pecinan Singkawang merupakan kawasan kampung Cina terbesar di Indonesia. Tak heran, Kalimantan Barat merupakan salah satu kota ikonik dengan etnis Cina terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya, dalam kawasan ini seringkali menjadi pusat perhatian masyarakat internasional karena perayaan Tahun Baru Implek dan Cap Go Meh yang begitu meriah, bahkan terbesar di Asia Tenggara.

Menariknya lagi, festival yang dihadirkan disini seringkali menggabungkan atraksi antara budaya Tionghoa dan budaya dayak khas Kalimantan. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, hal itu bisa menjadi salah satu upaya melestarikan tradisi dan alat pemersatu bangsa.

3.Semarang

Sudah berdiri sejak tahun 1743, kawasan Pecinan Semarang masih tetap eksis hingga kini. Pecinan yang dibuat akibat ketakutan Belanda pasca pemberontakan yang dilakukan oleh orang Tionghoa di Batavia ini, setidaknya telah memiliki 9 tempat ibadah dengan keunikan dan ciri khas-nya masing-masing.

Memiliki julukan sebagai Pecinan 1001 klenteng, Pecinan Semarang memiliki beragam aktivitas menarik untuk dikunjungi. Beberapa diantaranya adalah Wisata Kuliner Semawis dan Pasar Imlek Semawis yang diadakan untuk menyambut tahun baru imlek. Dalam pecinan ini juga terdapat dua klenteng yang paling terkenal yakni Klenteng Siu Hok Bio dan Tay Kak Sie.

4.Kya-kya

Sebagai kampung pecinan di Surabaya, Kya-kya mempunyai kekhasan dan keunikan hingga sampai sekarang berkembang menjadi tempat wisata yang kental dengan nuansa Tiongkok. Kata Kya-kya diambil dari dialek masyarakat Tionghoa yang berarti jalan-jalan. Sebab, sejak dulu, wilayah  Kya-kya merupakan jalan yang menjadi pusat kuliner di Surabaya.

Baik saat perayaan Cap Go Meh maupun hari biasa, kita bisa menikmati banyak kuliner khas Cina disini. Tempat ini terletak di jalan Kembang Jepun, yang hingga kini menjadi kawasan yang menjadi tempat diselenggarakannya berbagai atraksi dan festival terutama saat perayaan Tahun Baru Imlek

5.Sudiroprajan

Tidak hanya kental dengan wisata berbau Jawa, ternyata Solo juga memiliki wisata pecinan baru yang bernama Pecinan Sudiroprajan. Bahkan kabarnya, pecinan ini disiapkan khusus oleh pemerintah daerah guna mendorong semangat pembauran yang terjalin begitu lama. Hal ini disampaikan oleh Sumartono Hadinoto selaku juru bicara Perkumpulan Masyarakat Surakarta, yang merupakan salah satu organisasi warga keturunan Tionghoa.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | TIM TEMPO 

Pilihan Editor: Kunjungi Kembang Jepun Surabaya, Nikmati Keunikan Kya-Kya Wisata Pecinan 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus