Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nusantara kaya dengan ragam musik tradisi yang unik serta menjadi identitas budaya masyarakat setempat. Namun saat ini musik tradisi terancam ditinggalkan karena masyarakat lebih menyukai musik modern.
Inilah persoalan yang dibicarakan dalam diskusi tentang musik tradisi yang digelar Komite Musik-Dewan Kesenian Jakarta lewat program "Meja Bundar Musik" di Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta, Kamis, 3 September 2015.
Gitaris asal Bali I Wayan Balawan mengatakan berbeda dengan musik tradisi daerah lain, kecil peluang musik tradisi Bali punah. Pasalnya, masyarakat Bali sejak Sekolah Dasar diwajibkan bisa memainkan musik tradisi karena kebutuhan tradisi kebudayaan setempat, seperti upacara keagamaan dan kematian.
"Musik tradisi tidak masalah di Bali karena musik selalu berhubungan dengan adat istiadat upacara keagamaan. Musik tradisi Bali akan selalu eksis karena setiap enam bulan harus ada regenerasi," ujar Balawan yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.
Balawan justru menekankan pada perkembangan musik tradisi Bali yang sering absen dalam kegiatan kesenian di Bali. Menurut Balawan, yang diperlukan bukan lagi hanya menciptakan orang-orang yang bisa bermain gamelan dan sebagainya. Kegiatan musik tradisi seharusnya juga dapat melahirkan seorang maestro.
"Yang jadi masalah tidak hanya eksis, tapi juga bisa melahirkan maestro yang bisa berkarya dan beraksi sebagai komposer," ujar gitaris yang tenar dengan teknik Touch Tapping Style itu.
Balawan melihat ada beberapa faktor yang menjadi kendala melahirkan maestro itu. Faktor pertama, sistem permainan gamelan lebih menekankan kepada sistem kerja komunal, bukan individu. Namun faktor yang paling menghambat adalah ketidakmauan untuk lebih bereksplorasi dengan musik tradisi.
Menurut Balawan, musik tradisi perlu dikawinkan dengan musik populer agar lebih memiliki nilai jual. Jadi, musik tradisi tidak hanya dimainkan secara gratis dalam tradisi kebudayaan, tapi juga bisa menyejahterakan pemusiknya dengan menampilkannya dalam acara yang komersil. Sehingga orang tidak ragu untuk berusaha menjadi maestro musik tradisi karena juga dapat memenuhi kebutuhan hidup dia dan keluarganya.
"Kita harus pintar mengolah musik dengan mempertimbangkan pasar. Saya masih main musik idealis yang seenak udel saya. Tapi adakalanya saya juga harus pikirkan tim saya. Mereka harus beli susu dan bayar SPP anak. Jadi saya main komersil juga seperti di event-event," ujarnya.
Perkawinan musik modern dan tradisi memang telah dilakukan Balawan. Dia menggabungkan komposisi jazz dengan gamelan kebyar Bali bersama grupnya, Batuan Ethnic Fusion.
Jebolan Australian Institute of Music, Australia, itu tidak memungkiri bahwa musik tradisi Nusantara bisa punah. Selain itu, meski berhasil melestarikan musik tradisi Bali, mustahil bagi Balawan untuk turut aktif melestarikan musik tradisi lainnya di Nusantara.
"Merawat musik Nusantara itu tugas yang berat. Maestro setempat inilah harus diangkat. Putra daerah masing-masing bertanggung jawab untuk melestarikan musik tradisinya," ucap pria yang memainkan gitar dengan teknik Touch Tapping Style itu.
LUHUR TRI PAMBUDI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini