Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memang memiliki cikal bakal dari kolonial Belanda sehingga tidak heran jika arsitektur Neo-klasik Eropa bisa Anda kenali di sini. Lantainya berubin lawas yang dingin dengan dominasi cat putih dan keasrian pepohonan yang mengelilingi sepanjang kemegahan gedung museum ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk mengunjungi wisata plat merah Museum Bank Indonesia (MuBI), Anda perlu mengeluarkan biaya tiket masuk Rp 5.000. Namun, Anda bisa mendapatkan layanan kunjungan secara gratis bersyarat. Alamatnya ada di Jalan Lada 3, RT 3/RW 6, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, DKI Jakarta, 11110. Tidak seperti museum lainnya yang buka dari pagi hingga sore tanpa istirahat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jadwal Museum Bank Indonesia (MuBI), tutup sementara pada pukul 12.00 - 13.00 WIB. Museum tetap buka setiap Selasa hingga Jumat di luar tanggal merah nasional, pukul 08.00 - 15.00 WIB.
Syarat-Syarat dan Cara Beli Tiket Kunjungan ke Museum Bank Indonesia (MuBI)
Cara membeli tiket kunjungan ke Museum Bank Indonesia (MuBI) tidak memerlukan JakCard. Namun, Anda disarankan untuk membelinya langsung di tempat atau menghubungi pihak admin.
Kunjungan Umum dan Pelajar
Untuk kunjungan walk-in, Anda perlu datang langsung ke loket MuBI dan membayar Rp5.000. Jika Anda seorang pelajar, gunakanlah kartu identitas untuk mendapatkan pelayanan wisata gratis di sini.
Kunjungan Rombongan
Sebagai koordinator rombongan, Anda wajib menghubungi untuk mendapatkan tiket masuk MuBI.
- WhatsApp resmi MuBI : 0812-9157-3940
- Email : [email protected]
Tiga sesi pemanduan wisata
- Pukul 08:00-10.00 WIB
- Pukul 10:00-13.00 WIB
- Pukul 13:00-15.00 WIB
Apa yang harus Anda lakukan selanjutnya?
- Mengisi data pada link formulir
pendaftaran online setelah pesan Anda dibalas oleh admin WhatsApp MuBI
- Unggah surat permohonan kunjungan yang resmi dari instansi/sekolah/komunitas
- Simpan bukti pendaftaran yang dikirim otomatis setelah selesai mengisi formulir pendaftaran online. Bawa surat asli dan cetak ini saat kunjungan tiba.
Jika rombongan Anda telah terkonfirmasi, maka akan mendapat tiket gratis sesuai permintaan yang tertera di surat yang diunggah. Lalu, mendapatkan layanan pemandu wisata gratis, dan menonton teater MuBI.
Fasilitas Wisata Museum Bank Indonesia (BI)
1. Museum Tour
Mengunjungi MuBi dengan pemandu wisata adalah kegiatan museum tour yang menyenangkan. Jangan lupa siapkan kamera terbaik Anda! Di sini Anda akan dimanjakan dengan segudang koleksi bersejarah dari dunia perbankan negara Indonesia. Dari mata uang itu sendiri hingga dokumen-dokumen penting sejarah masa lalu.
2. Perpustakaan dan Koleksi Lain
Kemudian, ada fasilitas perpustakaan. Terdapat jual-beli dengan kios besar di Museum Bank Indonesia ini. Fasilitas koleksi lain adalah koleksi uang kertas dan logam dengan informasi unik yang melatarbelakanginya. Bahkan, koleksi uang kertas Oeang Republik Indonesia atau disingkat ORI dan uang sen logam akan tampil di sini.
Sekilas Sejarah Museum Bank Indonesia (BI)
- 1600
Tahun 1600 adalah tahun bangsa Eropa ke Asia Tenggara dan mengemban misi mencari rempah-rempah. Terutama di Indonesia yang telah eksis banyak kerajaan dengan mata uang pemerintahannya sendiri. Di tahun ini pula, beredar mata uang asing seperti Picis dari Tiongkok yang mendominasi.
- 1746-1818
Bank pertama di Indonesia Bank van Courant untuk menunjang kegiatan perdagangan melalui barang-barang berharga seperti emas pada 1746. Pada tahun 1752, Bank van Courant disempurnakan menjadi De Bank van Courant en Bank van Leening, khusus VOC. Kemudian, Bank van Courant en Bank van Leening ditutup karena krisis keuangan 1818.
1828 menjadi cikal bakal Bank Indonesia. Di mana pada tahun 1828, pemerintah Kerajaan Belanda memberikan octroi atau hak-hak istimewa kepada De Javasche Bank (DJB) untuk bertindak sebagai bank sirkulasi; mencetak dan mengedarkan uang Gulden di Hindia Belanda. Sekaligus menjadi bank sirkulasi pertama di Asia.
- 1829-1870
Rentang tahun 1829-1870, DJB melakukan ekspansi dengan membuka kantor cabang, seperti di Semarang (1829), Surabaya (1829), Padang (1864), Makassar (1864), Cirebon (1866), Solo (1867), dan Pasuruan (1867).
- 1870-1942
Rentang tahun 1870-1942, De Javasche Bank kembali membuka kantor cabang, seperti di Yogyakarta (1879), Pontianak (1906), Bengkalis (1907), Medan (1907), Banjarmasin (1907), Tanjungbalai (1908), Tanjungpura (1908), Bandung (1909), Palembang (1909), Manado (1910), Malang (1916), Kutaraja (1918), Kediri (1923), Pematang Siantar (1923), Madiun (1928).
- 1942
Pemerintahan militer Jepang, membuat DJB dilikuidasi. Tugas DJB sebagai bank sirkulasi di Indonesia digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG).
- 1951-1953
Pada tahun 1951, pemerintah Indonesia mendirikan bank sentral kedaulatan ekonomi Republik Indonesia dengan membentuk Panitia Nasionalisasi DJB. Disusul pada 1 Juli 1953 dengan disahnya UU Nomor 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia. Itu pun mengatur penggantian DJB Wet 1922. Bertepatan pada 1 Juli 1953, Bank Indonesia secara resmi berdiri sebagai Bank Sentral Republik Indonesia.
- 2011
DPR mengesahkan UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengalihkan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK. Kemudian, membuat pengaturan dan pengawasan makroprudensial menjadi tanggung jawab BI untuk stabilitas keuangan.
Pilihan editor: Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat di Awal 2023
ALFI MUNA SYARIFAH