Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ini Jejak Kerajaan Mataram yang Dijadikan Lokasi Syuting

Lokasinya tersebar dari Jawa sampai Bali.

16 Juni 2015 | 20.15 WIB

Cahaya lampu yang menghiasi candi Borobudur  sebelum penerbangan lampion saat merayakan pergantian tahun 2014-2015 di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 1 Januari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo
Perbesar
Cahaya lampu yang menghiasi candi Borobudur sebelum penerbangan lampion saat merayakan pergantian tahun 2014-2015 di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 1 Januari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Yayasan Warnai Indonesia dan rumah produksi film Adventure Documentary Fetival bakal menggarap film dokumenter jejak sejarah Kerajaan Mataram Kuno pada Juli – Agustus mendatang. Film yang digarap sutradara lokal dan luar negeri ini bakal dikerjakan di sejumlah lokasi yang menjadi bekas pusat kerajaan, serta lokasi lain. Penggarapan sinema yang dibintangi Bucek Depp, Marcel Chandrawinata, dan Hamish Daud ini dilakukan berbarengan dengan ekspedisi Jelajah Mataram Kuno.

Sutradara yang menggarap dokumenter ini, Astryd Diana Savitri, mengatakan lokasi utama pembuatan film adalah candi-candi peninggalan sejumlah dinasti di kerajaan Mataram. “Kami bakal mula dari Borobudur di Magelang, Jawa Tengah,” ujarnya di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 16 Juni 2015. Candi yang dibangun pada zaman Dinasti Syailendra di tahun 812-833 itu, kata dia, merupakan salah satu peninggalan terbesar dari Mataram Kuno. Kemudian candi lain yang bakal dijadkan lokasi syuting misalnya candi Prambanan di Yogyakarta.

Tidak hanya candi, Astryd juga menyebutan beberapa lokasi lain yang bakal dikunjungi tim ekspedisi adalah petilasan, situs-situs, dan makam-makam yang diyakini peninggalan Mataram Kuno. “Kami sudah melakukan riset dari berbagai literatur dan naskah kuno untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang tersebar di Jawa sampai Bali.”

Meski film bakal berlokasi di situs-situs tersebut, Astryd mengatakan, timnya bakal mengkombinasikan penggunaan animasi 3 Dimensi untuk menghidupkan adegan-adegan pada relief candi, serta naskah kuno. “Ini supaya filmnya jadi lebih menarik, animasi akan menjembatani cerita-cerita tentang Mataram yang jarang diketahui orang, sehingga hasil akhirnya adalah cerita yang utuh.”

Animator asal Indonesia yang ikut dalam tim ini, Hari Abri, mengatkan salah satu kesulitan menggarap dokumenter sejarah adalah mencari referensi yang tepat. “Kami harus memilih literatur seperti naskah dan relief candi yang bisa menceritakan secara detail kisah pada zaman dahulu,”ujarnya. “Dan jumlah relief serta naskah itu kan sangat banyak.”

"Bukan cuma untuk film, animasi ini juga nantinya bisa dijadikan buku cerita atau komik, dengan begitu remaja dan anak-anak bakal tertarik menonton atau membaca sejarah."


PRAGA UTAMA


 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Praga Utama

Praga Utama

Lulusan Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada 2011. Bergabung dengan Tempo di tahun yang sama sebagai periset foto. Pada 2013 beralih menjadi reporter dan saat ini bertugas di desk Wawancara dan Investigasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus