Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat tsunami Selat Sunda, Ifan Seventeen tubuhnya sempat tergulung air, tertarik hingga tengah lautan akibat pinggangnya tersangkut besi. Dua jam terombang-ambing di tengah laut, Ifan hanya berpegangan pada sebuah kotak kecil bersama tiga korban lainnya. Ifan pasrah dan menyerahkan diri kepada Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau ada yang tenggelam, dia bilang, tolong jangan pegang badan karena kita semua bisa meninggal. Dalam keadaan ramai teriakan minta tolong, dia sempat mikir enggak kuat lagi. Dia bilang, kalaupun saya meninggal saya ikhlas. Sampai akhirnya suasana sunyi, semua yang di situ meninggal,” Idan, saydara kembar Ifan, menirukan cerita Ifan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam doa, Ifan mencoba bertahan. Ia terus menggerakkan badan, berenang menuju daratan sambil membaca salawat. Ia percaya Tuhan selalu besertanya.
Selama dua jam perjalanan melawan dinginnya udara malam hingga menusuk tulang, Ifan melihat mayat-mayat bergelimpangan mengapung di atas air hingga pinggir pantai. Idan bersyukur Ifan sampai daratan dalam keadaan selamat. Ia hanya mengalami luka-luka di bagian badan, diduga akibat tergores kayu, besi, dan barang-barang lainnya.
Ifan satu-satunya personel Seventeen yang selamat. Tiga personel lainnya yakni Bani, Herman, dan Andi ditemukan sudah meninggal. Ifan juga semakin terpukul setelah istrinya, Dylan Sahara ditemukan meninggal.
Istri Ifan Seventeen ditemukan pertama kali pada Senin, 24 Desember 2018 sekitar pukul 09.30 WIB di ruang genset yang letaknya cukup dekat dengan lokasi acara. Selain Dylan, Andi juga ditemukan di lokasi yang sama. “Dylan sebetulnya sempat lari berdua sama istri saya (saat kejadian). Mungkin kalau pegangan tangan ceritanya beda,” kata Idan.