Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Kota Batu merupakan salah satu kota wisata terpopuler di Provinsi Jawa Timur. Namun, pandemi Covid-19 ikut mempengaruhi kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif di kota yang akan genap berusia 20 tahun pada 17 Oktober nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief As Siddiq mengatakan dunia pariwisata Kota Batu mulai bangkit kembali dengan mengadaptasi kebiasaan baru melalui sosialisasi penerapan protokol kesehatan berbasis cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keselamatan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Protokol CHSE sudah jadi standar protokol kesehatan pada masa adaptasi kebiasaan baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Saat ini ada sekitar 75 tempat layanan usaha pariwisata di Kota Batu yang menerapkan CHSE,” kata Arief kepada Tempo, Selasa, 21 September 2021.
CHSE merupakan sertifikasi protokol kesehatan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diberikan kepada beragam jenis usaha industri pariwisata. Sertifikasi CHSE menjadi jaminan kepada wisatawan bahwa usaha pariwisata yang sudah memiliki sertifikat dan berstiker CHSE berarti telah menerapkan protokol kesehatan yang benar dan aman untuk dikunjungi.
Menurut Arief, Kota Batu mempunyai sekitar 830 layanan usaha wisata yang mencakup hotel, vila, losmen, homestay, guesthouse, restoran, tempat karaoke, spa, 92 destinasi wisata (wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya), seratusan tempat kuliner serta 24 desa wisata.
Layanan usaha wisata yang mengantongi sertifikat CHSE antara lain 20 hotel, seperti Hotel Aston Inn, El Royale Kartika Wijaya, Hotel Klub Bunga, Hotel Kusuma Agrowisata, taman bunga dan Hotel Selecta, ditambah 9 tempat wisata buatan yang didominasi dari kelompok usaha Grup Jatim Park, seperti Predator Fun Park, Jatim Park 2 dan Museum Angkut.
Meski baru 75 layanan usaha wisata yang bersertifikat CHSE, kata Arief, pada prinsipnya secara umum semua layanan usaha wisata di Kota Batu sudah menerapkan CHSE sebelum sertifikasi ini diterapkan. Buktinya adalah adanya sertifikat layak protokol kesehatan yang dikeluarkan Satuan Tugas Covid-19 Kota Batu.
Lagi pula, sejatinya kegiatan pariwisata di Kota Batu belum sepenuhnya dibuka karena Kota Batu masih berada di Level 3 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sejauh ini, layanan usaha wisata yang aktif kembali secara terbatas adalah Taman Bunga Selecta dan Jatim Park 2, pusat perbelanjaan Lippo Plaza dan bioskop di dalamnya.
“Yang lain-lainnya masih dalam proses. Hanya masalah waktu untuk mengurusi administrasi pendaftaran CHSE dan kami siap bantu para pelaku usaha untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk kembali ke Batu,” ujar Arief.
Sosialisasi dan verifikasi sertifikasi CHSE dilakukan secara online dan tatap muka atau luring. Supervisi dan verifikasi di lapangan dilakukan oleh PT Superintending Company of Indonesia alias PT Sucofindo.
Selain menggencarkan sosialisasi sertifikat CHSE, Dinas Pariwisata Kota Batu sedang sibuk mensosialisasikan cara mengunduh dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi kepada para pelaku wisata dan ekonomi kreatif. Aplikasi ini diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan.
Dalam praktiknya, masih banyak pelaku usaha wisata yang belum tahu cara mengunduh dan memindai kode batang quick response alias QR barcode. Arief sangat berharap semua pelaku usaha di Kota Batu bersedia mendaftarkan diri untuk mendapatkan sertifikat CHSE buat jaga-jaga bila nanti semua tempat usaha pariwisata boleh beroperasi penuh kembali.