Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Menjajal Trek Sepeda Gunung di Desa Aik Bual

Desa Aik Bual memiliki kawasan bersepeda gunung, yang jauh menembus hutan. Rute sepeda ini merupakan bagian dari ekowisata.

15 November 2019 | 23.23 WIB

Rute sepeda untuk jelajah hutan di Desa Aik Bual dibangun warga di dalam hutan seluas 450 hektar. Foto: Ahmad Syuyuthi
Perbesar
Rute sepeda untuk jelajah hutan di Desa Aik Bual dibangun warga di dalam hutan seluas 450 hektar. Foto: Ahmad Syuyuthi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kabupaten Lombok Tengah tidak hanya memiliki destinasi superprioritas Mandalika, tapi kabupaten itu memiliki wisata pantai dan hutan yang menyebar di sepanjang pantai selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dimulai dari Teluk Awang, Bumbang, Dondon dan Tunak yang terakhir ini sudah digarap oleh investor Korea Selatan. Di sebelah barat juga ada Pantai Prabu Are Guling, Mawun, Tampah Lancing, Mawi, Selong Belanak, Serangan dan Torok Aik Belik. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan di belahan utara yang merupakan bagian dari lembah Gunung Rinjani telah ditetapkan menjadi UNESCO Global Geopark. Lalu terdapat wilayah Lantan yang lahannya seluas 350 hektar diplot menjadi lokasi bumi perkemahan internasional.

"Juga adanya situs kerajaan Pamatan sebelum Gunung Samalas atau kini disebut Rinjani meletus," kata Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah Lalu Putrie kepada Tempo, Rabu 13 November 2019.

Ia menyebut Desa Aik Bual di Kecamatan Kopang yang disebut sebagai desa ekowisata pertama di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang lokasinya paling utara di Kabupaten Lombok Tengah. Aik Bual pernah mendapatkan kompensasi dari pemerintah pusat, karena kepedulian merawat lingkungan hutan dan sumber daya air.

Selama tiga tahun berturut-turut, dimulai pada 2015, desa itu mendapat dana program lingkungan Rp103 juta, 2016 Rp103,3 juta, dan tahun ketiga 2017 sebesar Rp103,34 juta.

Di Desa Aik Bual, terdapat trek untuk pemula sejauh 8 kilometer yang waktu tempuhnya dua jam dan trek lainnya sejauh 16 kilometer yang waktu tempuhnya sekitar tiga jam. Foto: Ahmad Syuyuthi

Lantas potensi pariwisata seperti apa yang ditawarkan Aik Bual? Di sana, ada dua rute bersepeda gunung di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Rute sepeda untuk jelajah hutan tersebut dibangun warga di dalam hutan seluas 450 hektar. Ada trek pemula sejauh 8 kilometer yang waktu tempuhnya dua jam dan trek lainnya sejauh 16 kilometer yang waktu tempuhnya sekitar tiga jam.

Rute gowes dalam desa dimulai dari Dusun Talun Ambon, Dusun Pertanian, Nyeredep, Bare Eleh kemudian finish di dalam desa Dusun Bual. "Di dalam trek itu melintasi kawasan HKM (Hutan Kemasyarakatan)," kata Kepala SMK Pariwisata Nahdaltul Wathan Aik Bual, Haerul Anam.

Adanya trek bersepeda gunung tersebut diniatkan agar ekonomi masyarakat bangkit jika dilewati para penggemar gowes. Di dalam hutan tersebut udaranya sejuk karena rindangnya pepohonan kayu sebanyak 30 persen. Pohon yang tumbuh di kawasan HKM tersebut berupa mahoni, sengon, nangka dan selebihnya 70 persen adalah tanaman buah-buahan,  bambu dan pohon aren. Buah-buahan yang tumbuh subur di kawasan itu antara lain durian, manggis, alpukat, pisang dan gula aren.

Haerul Anam sendiri mengakui selama tiga tahun terakahir ini mengembangkan SMK Pariwisata, yang memiliki program Keahlian Kepariwisata dan Perhotelan. Turis yang datang ke sini karena mendatangi air terjun Treng Wilis di desa Prian. Selain itu juga ada tradisi Bekerase atau tangkap ikan massal ramai-ramai di bendungan yang dilakukan menjelang Ramadhan.

Sekretaris Hutan Kemasyarakatan (HKM) Aik Bual, Ahmad Nur yang juga menjadi pengaman Kelompok Sadar Wisata, menurutnya, bersepeda di dalam hutan sangat menyenangkan, "Jalur trek ini menantang. Udaranya sejuk tidak panas," katanya.

Kepala Desa Aik Bual Junaidi mengakui, desanya sebagai Kampung Iklim telah dikunjungi wisatawan yang datang ke Air Terjun Nyeredep,  Embung Bual (bendungan kecil) seluas 85 are atau 8.500 meter persegi. "Di sini tersedia fasilitas rekreasi untuk melihat sunset, flying fox. Disebut Kampung Iklim karena pelestarian dan kerindangan alamnya," ujarnya.

Desa Aik Bual memiliki Embung Bual (bendungan kecil) seluas 85 are atau 8.500 meter2. Embung tersebut difungsikan sebagai cadangan air dan juga wisata. Foto: Ahmad Nur

Turis yang datang untuk menikmati suasana di kaki Gunung Rinjani juga berkesempatan mengajar bahasa Inggris di SMK Pariwisata Nahdlatul Wathan Aik Bual.

Aik Bual juga sebagai desa penghasil gula semut seperti gula pasir tetapi bahannya dari air nira, juga menghasilkan gula caket. Harganya sekilo gula semut Rp 60 ribu sedangkan gula caket Rp 25 ribu

Menurut pembina klub sepeda gunung Groos MTB di Mataram, Ahmad Syuyuthi (47), trek di Desa Aik Bual itu memiliki dua pilihan, "Yang 8 km cukup aman untuk pemula," ujarnya, Jum'at 15 November 2019 sore.

Ia menyebutkan trek tersebut sebagai all mountain. Artinya untuk semua penggemar sepeda gunung. "Kenikmatannya banyak turunannya. Sudah dilintasi oleh kawan-kawan dari Bali dan bahkan Yogyakarta," ucapnya. Lalu, usai menikmati tanjakan, pesepeda bisa istirahat sambil ngopi seterusnya loading (turunannya) 16 km.

Eko Anugraha Priyanto dari Groos MTB juga mengatakan telah beberapa kali bersepeda di hutan tersebut. Katanya, bagus tanjakannya, walaupun panjang tidak terlalu terjal. Turunannya cukup panjang dan banyak belokan dan jalur turun tajam.

"Untuk pegowes hobi cukup aman," ujarnya. Disebutnya sebagai trek bersepeda gunung yang bagus, nantinya berakhirnya di bendungan Aik Bual.      

SUPRIYANTHO KHAFID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus