Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Musim Kemarau di Yogya, Waspadai Tinggi Gelombang Pantai Selatan

BMKG Yogyakarta memperkirakan Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki musim kemarau pada bulan Mei ini.

30 April 2025 | 21.51 WIB

Sejumlah pengunjung bermain hingga senja di kawasan Pantai Parangtritis Bantul Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Sejumlah pengunjung bermain hingga senja di kawasan Pantai Parangtritis Bantul Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memperkirakan Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki musim kemarau pada bulan Mei ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Prediksi awal musim kemarau 2025 di Yogyakarta diprediksi pada dasarian III April - III Mei 2025," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta
Reni Kraningtyas, Rabu 30 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reni menuturkan, curah hujan di Yogyakarta tiga dasarian ke depan diprediksi kategori rendah - menengah atau berkisar antara 10 - 75 mm dengan sifat hujan bervariasi.

Dalam tiga bulan ke depan, curah hujan di wilayah Yogyakarta diprediksi terus menurun. Misalnya curah hujan bulan Mei 2025 diprediksi berkisar 51 - 200 mm (kriteria rendah - menengah). Lalu bulan Juni 2025 diprediksi curah hujan berkisar 51 - 150 mm dan pada bulan Juli 2025 diprediksi berkisar 21 - 100 mm (kriteria rendah).

"Puncak musim kemarau 2025 diprediksi pada Juli-Agustus, sedangkan akhir musim kemarau diprediksi terjadi pada dasarian III September - II Oktober 2025," ujar Reni.

Waspada gelombang tinggi

Musim kemarau biasanya menjadi waktu favorit wisatawan memadati kawasan wisata, salah satunya pantai-pantai selatan di Yogyakarta. Hari ini Rabu 30 April 2025, BMKG Yogyakarta menerbitkan informasi peringatan dini terkait potensi tinggi gelombang di perairan selatan Yogyakarta atau Samudera Hindia yang berlaku 1-4 Mei 2025

Dalam pernyataan peringatan dini itu, BMKG menyebut pola angin timuran saat memasuki masa kemarau ini mendominasi di sepanjang Pulau Jawa, termasuk di wilayah Yogyakarta yang ditandai dengan pertumbuhan awan yang kurang signifikan.

"Tinggi gelombang 2,5 - 4 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia, selatan Yogyakarta," kata Reni.

Peringatan tinggi gelombang itu meliputi perairan di Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul yang selama ini banyak tersebar destinasi wisata pantai populer.

Upaya mencegah kecelakaan laut

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad menuturkan saat ini pihaknya tengah mengkaji wacana penerapan keamanan wisata berupa penggunaan life jacket atau jaket pelampung bagi wisatawan yang menyambangi pantai selatan.

Jaket ini sangat penting untuk mengurangi risiko kecelakaan di kawasan pantai. "Kami masih mengkaji soal jaket pelampung ini dengan melibatkan pelaku wisata, agen perjalanan, dan kelompok sadar wisata di kawasan pantai selatan," ujar Noviar.

Wacana penerapan life jacket itu belakangan muncul seiring tingginya angka kecelakaan laut yang terjadi di kawasan pantai selatan Yogyakarta. Berdasarkan data tim Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) Yogyakarta sepanjang tahun 2023 tercatat 186 kasus kecelakaan laut lalu tahun 2024 tercatat 84 kasus. Sedangkan dari Januari hingga akhir April 2025 tercatat sudah terjadi 10 kasus kecelakaan.

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus