Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cilacap - Karnaval Sedina Dadi Wayang akan membuka perhelatan Pekan Budaya Cigaru, di Majenang, Cilacap, 17-21 Desember. Dalam acara ini akan berlangsung arak-arakan dari makam pahlawan alun-alun kota Majenang menuju Pondok Pesantren di dusun Cigaru, Desa Cibeunying, Majenang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karnaval tersebut dikuti oleh para peserta yang terdiri dari para santri, warga desa, komunitas minat-bakat dan antariman. “Mereka akan mengenakan kostum wayang, adat dan pakaian eksprimental sebagai manifestasi rasa syukur dan kreativitas,” kata Faisal Kamandobat, penanggungjawab dan inisiator festival, dalam rilis yang diterima Tempo, Jum’at, 12/12/
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekan Budaya Cigaru (PBC) merupakan respon terhadap pembangunan nasional yang dinilai meminggirkan eksistensi pedesaan. Kegiatan ini diselenggarakan atas inisiatif Pondok Pesantren Pembangunan Miftahul Huda, Cigaru, Majenang, Cilacap. Pekan Budaya ini juga menjadi bagian dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan haul para pendiri Pondok Pesantren Cigaru.
Selama berlangsungnya PBC masyarakat dapat belajar satu sama lain, berkonsultasi dengan para ahli dan pemerintah setempat terkait persolan-persoalan yang dihadapi. “Sekaligus menjalin kerja sama antar komunitas dan lembaga yang ikut serta di dalamnya,” kata Faisal.
Tema wayang dalam karnaval Sedina Dadi Wayang atau Sehari Menjadi Wayang dipilih karena merupakan bentuk kesenian paling popular dan atraktif di mata masyarakat desa. Selain itu juga mengandung unsur transformasi moral dan spiritual.
Karnaval itu juga sebagai bentuk refleksi terhadap perjuangan KH SufyanTsauri sebagai pengasuh pesantren sekaligus tokoh kharismatis masyarakat Majenang dalam memimpin gerilya kemerdekaan di masa lalu.
Adapun berbagai kegiatan lain dalam pekan budaya ini, atara lain, berbagai pelatihan keterampilan, seperti membuat batik (oleh seniman batik dan serat Abdul Syukur) loka karya pengobatan herbal, pelatihan menuliskreatif oleh sastrawan Raudal Tanjung Banua dan EkoTriono.
Ada juga platihan menggambar oleh perupa Bambang Heras, serta pelatihan tentang etika dan aturan hukum dalam menggunakan internet oleh George Bratadijaja dari GEN Indonesia.
Peserta pelatihan terdiri dari warga desa, para santri dari beberapa pondok pesantren, perwakilan sekolah dan antariman, serta para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Karesidenan Banyumas.
Pekan Budaya Cigaru juga menghelat diskusi tentang Pemuda dan Masa Depan Bangsa oleh Achmad Munjid, Ph.D. (CRCS UGM), Dr. Tony Doludea (Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia) dan Dr. Fathul Aminudin Aziz (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Purwokerto).
Forum diskusi berikutnya adalah tentang Pesantren dan Pengembangan Masyrakaat oleh KH. Sholahuddin (PengasuhPesantren An-Nuqayyah, Sumenep, Madura) dan KH SofwanYahya (Pesantren As-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta).
Kegiatan yang bersifat menghibur pun tak ketinggalan sudah diagendakan, antara lain, pertunjukan wayang kontemporer oleh Her iDono, Nasirundan Samuel Indratma, atraksi Barongsai oleh komunitas Tionghoa Purwokerto, pertunjukan biola solo oleh Sagaf Faozata Adzkia dan Arum Rindu Sekar Kasih, musikalisasi puisi oleh Alfiyan Harfi, Kedung Dharma Romansha, Badruddin Emce dan para penyair muda lainnya.
Masih ada serentetan acara lain, seperti bazaar makanan tradisional, bursa buku, pameran snei rupa, dan lain-lain. Nama-nama konadang aka hadir dalam berbagai kegiatan tersebut.
Pekan Budaya Cigaru akan ditutup dengan parade musik hadrah dari beberapa pesantren di Kecamatan Majenang.
Berita lain: