Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Slank Ajak Santri Lawan Kelompok Separatis  

Keliling pesantren, band Slank adakan dialog kebangsaan dengan para santri.

14 September 2017 | 11.03 WIB

Personil Grup Musik Slank Dan ketua BNN, Budi Waseso said saat melakukan konferensi pers di MD Place, Kuningan, Jakarta, 24 Mei 2017. TEMPO/Dini Teja
Perbesar
Personil Grup Musik Slank Dan ketua BNN, Budi Waseso said saat melakukan konferensi pers di MD Place, Kuningan, Jakarta, 24 Mei 2017. TEMPO/Dini Teja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Ciamis - Band legendaris Slank dan budayawan Zastrouw Al Ngatawi mengadakan dialog kebangsaan dengan tema "Silaturahmi Merajut Kebangsaan" di Pondok Pesantren Darussalam, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu malam, 13 September 2017.

Drummer Slank, Bimbim, mengatakan dia bersama band-nya sudah berkeliling dari Sabang sampai Merauke. Kata dia, memang ada kelompok kecil yang berusaha merobek kebangsaan. "Namun Indonesia enggak apa-apa, kok. Kita terlalu khawatir dengan keadaan," ujarnya.

Menurut Bimbim, Indonesia cukup kuat melawan upaya kelompok-kelompok kecil tersebut. Dia mengajak masyarakat tidak mendengarkan pihak-pihak yang berusaha memecah belah bangsa lewat media sosial. "Lawan kebencian dengan senyum, lawan kemarahan dengan tertawa. Jika ada yang sedikit-sedikit emosi dan tebar kebencian, hastagin saja pala lo peyang," katanya.

Dialog ini dihadiri putri Presiden Abdurahman Wahid, Yenny Wahid. Selain berdialog, Slank menggelar konser dan membawakan 14 lagu. "Sebetulnya, merajut kebangsaan harus dimulai dengan cara merajut komunikasi," kata Yenny seusai dialog di aula Pondok Pesantren Darussalam.

Merajut komunikasi, kata dia, mengenalkan dan menguatkan kembali bahwa Indonesia terdiri atas kebinekaan, dan justru kebinekaan itu menjadi sebuah faktor yang menguatkan Indonesia. "Tema utamanya seperti itu," ucapnya.

Menurut Yenny, Dialog Merajut Kebangsaan digelar di pesantren karena pesantren bisa turut mengambil peran. Pesantren bisa menguatkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap kebinekaan, serta kecintaan terhadap negeri. "Sehingga yang disasar adalah pondok pesantren," katanya.

Yenny berharap santri yang lebih memahami ilmu agama menjadi benteng terdepan dalam menahan provokasi dari pihak-pihak yang menggunakan isu agama untuk kepentingan kelompok.

Saat ini, dia melihat banyak orang yang sedikit-sedikit menjual dan membawa-bawa soal agama. "Santri, yang sebetulnya punya perspektif agama lebih dalam, diharapkan bisa membantu memberi kesadaran bahwa jangan sampai kita larut dalam perpecahan dan perbedaan. Namun justru persatuan bangsa harus terus diperkuat," ujarnya.



CANDRA NUGRAHA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus