Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Strategi Storynomics Tourism Untuk Pengembangan Destinasi Super Prioritas

Pemerintah akan menerapkan strategi storynomics tourism pada destinasi-destinasi super prioritas. Harapannya Indonesia cepat dikenal dunia.

10 Agustus 2019 | 23.01 WIB

Pantai Kuta di kawasan Mandalika, Nusa Tenggara Barat.Foto: Tempo/Aryus Probodewo
Perbesar
Pantai Kuta di kawasan Mandalika, Nusa Tenggara Barat.Foto: Tempo/Aryus Probodewo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Untuk mengembangkan pariwisata destinasi andalan Super Prioritas Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang, pemerintah akan menerapkan strategi storynomics tourism.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Formula ini merupakan sebuah pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Strategi tersebut dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta. Menurutnya, Presiden Joko Widodo menginginkan wisatawan yang berkunjung ke destinasi nantinya dapat terkesan kemudian menyampaikan kesan baik ini kepada banyak orang. ''Atau yang disebut sebagai storynomics tourism,'' katanya seperti disampaikan melalui rilis Kepala Biro Komunikasi Publik Guntur Sakti, Sabtu 10 Agustus 2019.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Irfan Wahid telah ditunjuk sebagai koordinator yang akan memimpin program quick win pengembangan potensi destinasi wisata ini.

Program ini melibatkan kolaborasi lintas kementerian/lembaga terkait, pemda sekitar kawasan destinasi super prioritas, serta peran komunitas lokal dalam hal ini BUMDes dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) untuk mengelola destinasi wisata.

Pemandangan Danau Toba bagian barat. TEMPO | Iil Askar Mondza

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, penetapan strategi storynomics tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia. Sehingga nantinya promosi kawasan wisata akan dilakukan dengan narasi story telling. ''Serta dikemas dalam konten menarik yang terkait dengan budaya setempat,'' ujarnya.

Awareness berkaitan dengan marketing, sedangkan experience berkaitan dengan faktor aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang melekat ke setiap destinasi-destinasi wisata. Kedua hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang padu. 

Irfan Wahid menambahkan, dalam program ini nantinya juga akan membuka peluang Public Private Partnership (PPP) dalam membangun pusat-pusat hiburan seperti theme park yang akan menyerap banyak wisatawan. Dengan peluang PPP, narasi dan pengembangan pariwisata bakal bisa diakselerasi sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Ia memberi contoh di kawasan Danau Toba.

Setelah mencoba melakukan pemetaan masalah dan potensi destinasi wisata, kami menemukan fakta bahwa Toba sangat kaya akan destinasi-destinasi keren. Mulai dari kekayaan budaya, sejarah, sampai alamnya sungguh membuat tempat ini cocok untuk menjadi salah satu dari lima destinasi wisata super prioritas.

SUPRIYANTHO KHAFID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus