Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Uniknya, Aksi Ribuan Perempuan di Festival Rimpu Suku Mbojo

Sekitar 3.000 orang warga Mbojo asal Bima dan Dompu hadir dalam Festival Rimpu di Jakarta, Ahad 15 Juli 2018.

15 Juli 2018 | 20.00 WIB

Sejumlah wanita dengan busana Rimpu asal Kota Bima, Nusa Tenggara Barat berbaris sebelum mengikuti parade budaya dalam rangka Musyawarah Komisariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Wilayah IV 2016 di Sanur, Bali, 2 Juni 2016. Gelaran budaya tersebut diikuti oleh 13 pemerintah kota di Indonesia. TEMPO/Johannes P. Christo
Perbesar
Sejumlah wanita dengan busana Rimpu asal Kota Bima, Nusa Tenggara Barat berbaris sebelum mengikuti parade budaya dalam rangka Musyawarah Komisariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Wilayah IV 2016 di Sanur, Bali, 2 Juni 2016. Gelaran budaya tersebut diikuti oleh 13 pemerintah kota di Indonesia. TEMPO/Johannes P. Christo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta – Sekitar 3.000 orang warga Mbojo asal Bima dan Dompu meramaikan lapangan Monas Jakarta, Ahad 15 juli 2018. Para wanita yang mengenakan rimpu dari kain sarung goli pada tubuh bagian atas dan bawah. Mereka berparade dalam acara car free day di sepanjang Jalan Sudirman hingga depan Sarinah. Acara juga dimeriahkan berbagai  kesenian Mbojo asal Bima dan Dompu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Atraksi disaksikan beberapa pejabat dari Kedutaan Besar  di Jakarta, antara lain dari Saudi Arabia dan Yaman. Juga ada Guruh Soekarno Putra yang mengapresiasi atraksi berpantun ala Raba Mbojo.  Sewaktu Raba Mbojo ini dipertunjukkan, tidak sedikit yang memberi saweran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tampak hadir para tokoh Bima dan Dompu seperti Harun Al Rasyid yang pernah menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) periode 1998-2003, kemudian juga  Hamdan Zoelva. Juga hadir Sekretaris Daerah NTB Rosiadi Sayuti 

Menurut sesepuh Bima Harun Al Rasyid, 77 tahun, atraksi Rimpu ini sebagai upaya untuk mempromosikan wisata NTB. ‘’Kami ingin populerkan budaya dan pakaian Rimpu ini,’’ kata Harun kepada Tempo, di Monas Jakarta.

Rimpu, kata Harun Al Rasyid, sudah ada di Bima dan Dompu sebagai penutup aurat dan juga penutup badan. Tidak hanya penutup muka juga penutup badan. ‘’Perlu dikembangkan tradisi ini,’’ ujarnya.

Baca Juga: 

‘’Kita ekspresikan di sini. Ini keseharian warga Bima Dompu,’’ ucap Bupati Dompu Bambang M Yasin yang juga hadir di acara. Di Dompu,ia sudah melakukan pemecahan rekor parade rimpu pada 2015.  Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal juga mendukung penyelenggaraan promosi pariwisata ini dengan menyiapkan dukungan fasilitas penyelenggaraannya. 

Menurut pegiat sosial budaya dari Bima, Zulhaidin, rimpu  menurut  literatur sejarah sebagai sudah ada sejak pertama Islam masuk yakni pada 1640. Waktu itu Sultan Bima mewajibkan sunat bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan harus menutup aurat bagian atas. Sebelumnya, menurut pria yang bisa dipanggil Rangga Babuju itu, seperti di Bali dan Lombok, wanita Mbojo juga terbuka bagian atas badannya. Sejak itulah rimpu biasa dikenakan.

 

SUPRIYANTHO KHAFID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus