Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – Sekitar 3.000 orang warga Mbojo asal Bima dan Dompu meramaikan lapangan Monas Jakarta, Ahad 15 juli 2018. Para wanita yang mengenakan rimpu dari kain sarung goli pada tubuh bagian atas dan bawah. Mereka berparade dalam acara car free day di sepanjang Jalan Sudirman hingga depan Sarinah. Acara juga dimeriahkan berbagai kesenian Mbojo asal Bima dan Dompu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Atraksi disaksikan beberapa pejabat dari Kedutaan Besar di Jakarta, antara lain dari Saudi Arabia dan Yaman. Juga ada Guruh Soekarno Putra yang mengapresiasi atraksi berpantun ala Raba Mbojo. Sewaktu Raba Mbojo ini dipertunjukkan, tidak sedikit yang memberi saweran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tampak hadir para tokoh Bima dan Dompu seperti Harun Al Rasyid yang pernah menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) periode 1998-2003, kemudian juga Hamdan Zoelva. Juga hadir Sekretaris Daerah NTB Rosiadi Sayuti
Menurut sesepuh Bima Harun Al Rasyid, 77 tahun, atraksi Rimpu ini sebagai upaya untuk mempromosikan wisata NTB. ‘’Kami ingin populerkan budaya dan pakaian Rimpu ini,’’ kata Harun kepada Tempo, di Monas Jakarta.
Rimpu, kata Harun Al Rasyid, sudah ada di Bima dan Dompu sebagai penutup aurat dan juga penutup badan. Tidak hanya penutup muka juga penutup badan. ‘’Perlu dikembangkan tradisi ini,’’ ujarnya.
Baca Juga:
‘’Kita ekspresikan di sini. Ini keseharian warga Bima Dompu,’’ ucap Bupati Dompu Bambang M Yasin yang juga hadir di acara. Di Dompu,ia sudah melakukan pemecahan rekor parade rimpu pada 2015. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal juga mendukung penyelenggaraan promosi pariwisata ini dengan menyiapkan dukungan fasilitas penyelenggaraannya.
Menurut pegiat sosial budaya dari Bima, Zulhaidin, rimpu menurut literatur sejarah sebagai sudah ada sejak pertama Islam masuk yakni pada 1640. Waktu itu Sultan Bima mewajibkan sunat bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan harus menutup aurat bagian atas. Sebelumnya, menurut pria yang bisa dipanggil Rangga Babuju itu, seperti di Bali dan Lombok, wanita Mbojo juga terbuka bagian atas badannya. Sejak itulah rimpu biasa dikenakan.
SUPRIYANTHO KHAFID