Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Kemaro menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Palembang. Selain pagoda sembilan lantai, Pulau Kemaro memiliki Kampung Air. Rencananya, Pemerintah Kota Palembang dan Bank Indonesia, bekerja sama mengembangkan Kampung Air, untuk menghidupkan pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hari Widodo, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan (Sumsel), mengatakan bank sentral memang menaruh perhatian terhadap Sungai Musi dengan sejumlah destinasi wisatanya, termasuk Pulau Kemaro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami bakal mengembangkan Kampung Air di Pulau Kemaro karena punya daya tarik, di mana masyarakatnya hidup dengan budaya sungai sehingga bisa dieksplorasi menjadi salah satu tema pariwisata Palembang,” katanya.
Menurut Hari, pihaknya akan melakukan sejumlah perbaikan dan pengembangan di Kampung Air, mulai dari penambahan titik-titik wisata hingga infrastuktur pendukung, seperti dermaga, visitor center dan community center.
Sasaran lainnya adalah peningkatan kapasitas SDM serta pemberdayaan masyarakat setempat, “Karena membangun fisik saja tidak cukup, yang paling penting persiapkan manusianya, [pariwisata] Bali bisa survive tidak hanya karena budaya saja tapi juga people-nya,” ujar Hari.
Menanggapi revitalisasi Kampung Air, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani berharap keterlibatan BI Sumsel dapat membuat penataan Kampung Air dan Pulau Kemaro lebih menyeluruh, “Sebelumnya kami sudah menata Kampung Air tetapi karena tidak komprehensif jadi tidak begitu bergaung,” katanya.
Menurut Isnaini terdapat sejumlah spot wisata yang tidak layak di Kampung Air dan perlu adanya penambahan MCK, musholla serta penataan rumah penduduk sehingga layak menjadi destinasi wisata.
Jika telah tertata dengan baik, kata dia, bukan tidak mungkin penduduk di Kampung Air juga dapat menjadikan huniannya sebagai home stay untuk pengunjung, “Tidak mudah bagi suatu kawasan disebut destinasi wisata, perlu memenuhi sejumlah kriteria,” katanya.
Kuil yang terdapat makam kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah di Pulau Kemaro, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/BRAM SETIAWAN)
Dia mengatakan selama ini wisatawan yang berkunjung ke Pulau Kemaro hanya menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Kehadiran destinasi Kampung Air diharapkan bisa membuat pengunjung lebih lama menjelajahi delta kecil yang terletak di tepi Sungai Musi tersebut.
“Selama ini pengunjung cuma lihat Pagoda [objek wisata sejarah], minum air kelapa lantas pulang. Hanya sebentar. Nanti dengan adanya Kampung Air wisatawan bisa menghabiskan waktu sekitar 3 jam di Pulau Kemaro,” katanya.
Isnaini menargetkan kerjasama antara Pemkot dan BI Sumsel dalam pengembangan destinasi wisata di Pulau Kemaro itu dapat terealisasi paling lambat akhir tahun ini.
Legenda Pulau Kemaro
Selain pagoda sembilan lantai, di Pulau Kemaro juga terdapat makam dari putri Palembang, Siti Fatimah. Kisah putri itu, tertulis di sebuah batu di samping Klenteng Hok Tjing Rio.
Alkisah, pada zaman dahulu, datang seorang pangeran dari Cina, bernama Tan Bun An, yang datang ke Palembang untuk berdagang. Ketika ia meminta izin berdagang kepada Raja Palembang, ia bertemu dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah.
Ia langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah. Merekapun menjalin kasih dan berniat untuk ke pelaminan. Tan Bun An mengajak sang Siti Fatimah ke daratan Cina untuk melihat orang tua Tan Bun Han.
Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang. Bersama mereka disertakan pula tujuh guci yang berisi emas. Sesampai di muara Sungai Musi Tan Bun An ingin melihat hadiah emas di dalam guci-guci tersebut. Saat membuka guci-guci itu, ia hanya melihat sayuran sawi asin. Tanpa berpikir panjang ia membuang guci-guci tersebut ke sungai, tetapi guci terakhir terjatuh di atas dek dan pecah. Ternyata di dalamnya terdapat emas.
Tanpa berpikir panjang lagi ia terjun ke dalam sungai untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya. Seorang pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi mereka tidak kunjung muncul. Siti Fatimah akhirnya menyusul dan terjun juga ke Sungai Musi.
Batu yang tertera selayang pandang cerita tentang kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah di Pulau Kemaro, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/BRAM SETIAWAN)
Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tersebut. Dan saat ini menjadi salah satu objek wisata di Pulau Kemaro.