Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dewan Garda telah menghitung ulang hasil pemilu Iran. Tapi kandidat presiden dari kubu reformis, Mir Hossein Mousavi, tetap menyatakan tak puas. ”Kami sudah memberikan waktu sampai tiga kali sidang khusus, tetap saja (Mousavi) tak datang,” ujar Ayatullah Abbas Ali Kaabi, satu dari enam pakar hukum anggota Dewan Garda Revolusi Iran.
Kepada Alireza Alatas, koresponden Tempo di Teheran, Iran, Kaabi menjelaskan proses penelisikan Dewan atas tuduhan kecurangan itu. Juru bicara politik Dewan Ahli Kepemimpinan—bertugas memantau kinerja Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah Ali Khamenei—juga menjawab pertanyaan soal penyelidikan kematian Neda Agha Soltan, pemandu wisata yang tertembak saat demonstrasi, dan soal popularitas Presiden Ahmadinejad.
Berikut ini petikan wawancara Kaabi di kantor Lembaga Riset Imam Khomeini, di Qom, 120 kilometer dari Teheran, pekan lalu.
Bagaimana proses penghitungan ulang oleh Dewan Garda?
Kami undang para kandidat presiden ke Dewan Garda. Tapi hanya kandidat Mohsein Rezai yang mengirim wakilnya. Kami beri kesempatan hingga tiga kali. Tetap tak datang. Akhirnya, kami gelar lagi sidang khusus mengusut protes mereka lebih detail. Keputusan sidang membentuk dewan khusus, terdiri atas para tokoh terhormat, seperti mantan Menteri Luar Negeri Ali Velayati dan Jaksa Agung Dorin Najaf Abadi. Kami mengusut lebih dari 10 hari, lebih dari waktu yang diatur dalam undang-undang. Kami undang secara terbuka siapa pun yang mempunyai bukti pelanggaran pemilu. Semua kami lakukan untuk memuaskan masyarakat. Ini bukti sehatnya proses pemilu di republik ini.
Dalam surat keputusan Dewan Garda disebutkan bahwa ada pelanggaran tapi tak signifikan. Apa maksud tak signifikan?
Ada dua bentuk pelanggaran. Pertama, yang terkoordinasi, dan kami harus melakukan pengusutan lebih jauh. Bila terbukti, keabsahan pemilu dipertanyakan. Kedua, kesalahan manusiawi, seperti salah menghitung satu-dua suara. Kesalahan bentuk kedua ini yang kami temukan, dan kami anggap tak mempengaruhi hasil pemilu.
Tapi Mousavi tak mengakui keputusan final Dewan. Bagaimana Dewan menyikapi hal ini?
Kami tak mengatasi konflik dengan mendamaikan kedua pihak. Tugas kami memutuskan proses pemilu benar atau salah. Dewan memutuskan tak ada kecurangan. Melawan keputusan ini tindakan diktator. Berdasarkan polling yang digelar lembaga kelompok reformis, mayoritas pendukung Mousavi puas. Cuma 16 persen yang masih ngotot. Rangkaian kejadian ini ibarat sebuah tim bola bersedia bertanding dengan lawannya, tapi ketika tahu akan kalah, langsung tak terima skornya. Ini kan menggelikan!
Bagaimana Anda menanggapi kasus tewasnya Neda Agha Soltan?
Kematian Neda merupakan sebuah skenario, tak ada hubungan dengan kerusuhan terakhir di Teheran. Alhamdulillah, aparat berhasil mengungkap kasus ini. Arash Hajari, dokter yang menjadi saksi kematian Neda, saat ini menjadi buron intelijen Iran dan Inggris (Interpol). Setelah keluar dari Iran, dalam wawancaranya dengan media-media asing, Hajari membesar-besarkan kasus ini.
Apa buktinya ini skenario?
Pertama, rekaman video kematian Neda yang dipublikasikan media Barat menunjukkan Neda sudah disorot lama. Rekaman video menayangkan Neda 45 menit sebelum kematian. Bisa jadi memang itu kebetulan. Kedua, tempat kematian Neda jauh dari kerusuhan. Di tempat itu tak ada aparat keamanan. Ketiga, berdasarkan laporan forensik, peluru ke tubuh Neda kaliber kecil, dari sebuah pistol. Ada kemungkinan Neda ditembak dari jarak dekat. Peluru itu terbukti selundupan. Bukti-bukti ini menguatkan dugaan skenario.
Bagaimana Anda menilai pemerintahan Ahmadinejad?
Dalam empat tahun terakhir, tekanan anti-Ahmadinejad sangat dahsyat. Semua kelompok yang berseberangan dengan Ahmadinejad berada dalam satu front. Kelompok antirevolusi, komunis, nasionalis, Bahai, Sufi, dan beberapa tokoh negeri ini tiba-tiba menemukan lawan bersama: Ahmadinejad. Mereka bilang Ahmadinejad pembohong, benalu politik. Mereka pikir partisipasi rakyat Iran dalam pemilu dapat menggulingkan Ahmadinejad. Orang-orang kaya bergabung, mengeluarkan dana sangat besar, untuk mengalahkan Ahmadinejad. Namun kekompakan mereka gagal. Faktanya, dengan kesederhanaannya, Ahmadinejad didukung rakyat.
Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo