Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gereja Redemptorist itu sesak dan hiruk oleh 25 ribu anggota jemaat yang bertepuk tangan dan meneriakkan satu nama: ”Noynoy! Noynoy!” Ibu jari dan telunjuk mereka membentuk huruf L (laban): perjuangan. Sejumlah perempuan berurai air mata melihat pria yang namanya terus bergema di gereja itu, Rabu pekan lalu. ”Kami ingin ia menjadi presiden kami,” ujar Wilma, perempuan pedagang kaki lima.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo