Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Respons Kematian Hassan Nasrallah, Milisi Irak Serang Pelabuhan Israel

Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak menyerang Pelabuhan Eilat, Israel sebagai respons atas pembunuhan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah.

29 September 2024 | 16.15 WIB

Tangkapan video ketika Kelompok Perlawanan Islam di Irak meluncurkan dua drone kamikaze ke Pelabuhan Eilat Israel pada 29 September 2024.
Perbesar
Tangkapan video ketika Kelompok Perlawanan Islam di Irak meluncurkan dua drone kamikaze ke Pelabuhan Eilat Israel pada 29 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok milisi bersenjata Perlawanan Islam di Irak atau Al-Moqawamat Al-Islamiah fi Al-Iraq mengklaim telah menyerang Pelabuhan Eilat, pelabuhan Israel di wilayah selatan Palestina pada Sabtu dinihari Minggu, 29 September 2024. Serangan ini sebagai respons atas pembunuhan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut Press TV, media Iran, serangan Perlawanan Islam di Irak itu dilakukan dengan dua drone kamikaze. Drone kamikaze adalah pesawat terbang nirawak dengan hulu ledak terpasang yang dapat berputar-putar di udara sebelum menghantam sasarannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam video yang disiarkan Press TV, tampak seorang milisi Perlawanan Islam di Irak memegang potret Hassan Nasrallah sebelum meluncurkan drone. Di video itu mereka menembakkan dua drone.

Pelabuhan Eilat adalah pelabuhan penting Israel di Teluk Aqaba. Dari pelabuhan itu, Israel dapat melakukan ekspor-impor melalui Laut Merah tanpa perlu melintasi Terusan Suez di Mesir.

Eilat juga menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik banyak wisatawan mancanegara. Banyak hotel, resor, dan kegiatan wisata pantai dan laut di sana. Kota pelabuhan ini juga menjadi pusat belanja favorit karena statusnya sebagai zona bebas pajak.

Namun, pelabuhan itu berkali-kali menjadi sasaran serangan Perlawanan Islam di Irak dan Houthi, kelompok milisi di Yaman, terutama sejak invasi militer Israel ke Jalur Gaza pada Oktober 2023. Serangan itu mengakibatkan Eilat menjadi kota mati dan Otoritas Pelabuhan Eilat akhirnya menyatakan bangkrut pada Juli 2024.

Beberapa jam setelah serangan drone, Perlawanan Islam di Irak mengumumkan bahwa mereka telah menyerang lagi wilayah Israel. Kelompok itu menyatakan akan terus menyerang dan menghancurkan instalasi penting Israel di wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Tangkapan video ketika Anggota kelompok Perlawanan Islam di Irak memegang potret Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, sebelum meluncurkan dua drone kamikaze ke Pelabuhan Eilat Israel pada 29 September 2024.

Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon, tewas dalam serangan udara militer Israel di Lebanon pada Jumat malam, 27 September 2024. Serangan Israel kali ini menyasar langsung ke markas Hizbullah, tempat Nasrallah berada, di Beirut, ibu kota Lebanon, sekitar 212 kilometer dari Tel Aviv.

Pembunuhan Nasrallah ini diperkirakan akan memperluas perang ke kawasan Timur Tengah. Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta Menteri Pertahanan Amerika, Lloyd Austin, meningkatkan postur pertahanan militer Amerika di kawasan Timur Tengah guna mencegah agresi dan mengurangi risiko perang regional yang lebih luas.

Pemerintah Rusia menilai pembunuhan Nasrallah itu justru berpotensi menimbulkan konsekuensi yang lebih dramatis bagi Lebanon dan Timur Tengah. “Israel jelas menyadari bahaya ini. Namun demikian, Israel mengambil langkah ini dan mulai membunuh warga Lebanon, yang hampir pasti akan memicu ledakan kekerasan baru,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya pada Jumat, 28 September 2024 waktu setempat. Menurut Rusia, “Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi yang terjadi.”

 

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus