Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mendapat kecaman di parlemen pada Senin atas agenda kebijakan yang oleh anggota parlemen oposisi disebut tidak jelas dan tidak memenuhi janji pemilu partainya yang paling berani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendatang baru di bidang politik, Srettha, yang memimpin pemerintahan koalisi yang mencakup beberapa saingan paling sengit partainya, menegaskan agendanya di hadapan anggota parlemen dan fokus pada pemberian uang tunai digital, menurunkan harga energi, dan melonggarkan aturan visa untuk meningkatkan pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sambutannya di kemudian hari, ia mengatakan pemerintahnya menargetkan pertumbuhan setidaknya 5% per tahun dan akan mendukung perekonomian dalam jangka pendek dengan meningkatkan pariwisata, yang merupakan sumber pendapatan penting.
Srettha, yang juga menjabat Menteri Keuangan, juga berjanji akan mengambil pendekatan berbasis pasar untuk meningkatkan pendapatan petani.
Namun partai terbesar di parlemen, oposisi Move Forward, mengatakan agenda partai Pheu Thai yang dipimpin Srettha kurang spesifik.
"Ini tidak ada tujuannya. Tidak ada tujuan yang jelas, tidak ada kerangka waktu dan anggaran," kata anggota parlemen dari Partai Move Forward, Sirikanya Tansakul, dalam debat maraton yang dijadwalkan berakhir pada Selasa malam.
"Pernyataan kebijakan harus memiliki rincian...tidak boleh menjadi daftar keinginan."
Pemerintahan baru mengadopsi ekonomi yang diperkirakan tumbuh 2,8% tahun ini, di bawah perkiraan sebelumnya sebesar 3,6%.
Srettha mengatakan kebijakan khasnya – pemberian 10.000 baht (sekitar Rp 4,3 juta) melalui dompet digital kepada semua warga Thailand yang berusia di atas 16 tahun – akan “membangkitkan kembali” perekonomian.
“Dompet digital harus digunakan dalam radius empat kilometer sehingga dapat memicu aktivitas ekonomi regional… dan batasan enam bulan akan memacu pertumbuhan jangka pendek,” ujarnya membela kebijakannya.
Namun beberapa pihak mempertanyakan sumber dana untuk proyek yang akan menelan biaya 560 miliar baht (sekitar Rp 242 triliun) itu, termasuk Sirikanya dari Move Forward, yang bertanya apakah Srettha bermaksud untuk "mulai memerintah dengan menghancurkan disiplin fiskal".
Jurin Laksanawisit dari Partai Demokrat, yang baru-baru ini menjabat Menteri Perdagangan, menanyakan apa yang terjadi dengan beberapa janji yang dibuat masyarakat untuk memenangkan suara.
“Anda menjanjikan gaji 25.000 baht (sekitar Rp 10,8 juta) untuk lulusan baru, tapi tidak disebutkan,” ujarnya. “Apakah ini kebijakan ninja yang hilang begitu saja?”
REUTERS