Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Produksi opium di Afghanistan, yang sebelumnya merupakan pemasok utama dunia, anjlok sejak pemerintahan Taliban melarang penanaman narkotika itu tahun lalu, menurut laporan PBB pada Minggu, 5 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan penanaman opium turun di seluruh negeri menjadi hanya 10.800 hektar pada 2023 dari 233.000 hektar pada tahun sebelumnya, sehingga mengurangi pasokan sebesar 95% menjadi 333 ton.
Hal ini memberikan tekanan pada para petani di negara tersebut, dimana sebagian besar penduduknya bergantung pada pertanian dan nilai ekspor opium terkadang melebihi nilai semua barang ekspor formal, kata UNODC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penurunan tajam ini bisa menimbulkan konsekuensi besar bagi perekonomian negara yang dua pertiga penduduknya membutuhkan bantuan kemanusiaan, kata laporan itu.
“Dalam beberapa bulan mendatang Afghanistan sangat membutuhkan investasi besar dalam mata pencaharian berkelanjutan untuk memberikan peluang bagi petani Afghanistan untuk beralih dari opium,” kata Ghada Waly, direktur eksekutif UNODC, dalam sebuah pernyataan.
“Hal ini menghadirkan peluang nyata untuk mencapai hasil jangka panjang dalam melawan pasar opium gelap dan dampak buruk yang ditimbulkannya baik secara lokal maupun global.”
Penyusutan besar dalam pasokan dari Afghanistan – diperkirakan memasok sekitar 80% opium ilegal dunia – pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan penggunaan opium secara internasional, namun hal ini juga berisiko meningkatkan penggunaan alternatif global seperti fentanil atau opioid sintetik, kta UNODC.
Pemimpin spiritual tertinggi Taliban melarang penanaman narkotika pada April 2022, dan kementerian dalam negeri menyatakan akan menghancurkan tanaman yang tersisa. Selama pemerintahan mereka sebelumnya, Taliban pada tahun 2000 melarang penanaman opium karena mereka mencari legitimasi internasional tetapi menghadapi reaksi keras dari masyarakat, menurut para ahli.
Banyak provinsi di mana Taliban secara historis mendapat dukungan tingkat tinggi, seperti Helmand di bagian selatan, memiliki konsentrasi penanaman opium yang besar. UNODC mengatakan banyak petani telah beralih ke menanam gandum tetapi pendapatannya jauh lebih sedikit dibandingkan opium.
REUTERS