Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Doyan Pesta, Pelaku Teror Bom Manchester Berubah, Kenapa?

Pelaku bom teror Manchester, Salman Abedi, dilaporkan pernah menyukai pesta, menenggak minuman beralkohol, dan memakai narkoba.

25 Mei 2017 | 08.36 WIB

Salman Abedi saat berpesta bersama teman-temannya. thesun.co.uk
Perbesar
Salman Abedi saat berpesta bersama teman-temannya. thesun.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Manchester - Pelaku teror bom Manchester, Salman Abedi, pernah menyukai pesta, menenggak minuman beralkohol, dan memakai narkoba.

Seperti dilansir The Independent, Kamis, 25 Mei 2017, pria 22 tahun itu dikenal sebagai anak gaul yang terlibat dengan kelompok kriminal setempat sebelum berubah menjadi sangat saleh.

“Dia pria yang sangat menyenangkan, tapi hal ini berubah sejak ia pergi ke Libya pada 2011. Sejak itu, ia menjadi sangat saleh. Saya tak pernah bertemu dengannya lagi sejak 2012,” kata kawan Salman kepada The Manchester Evening News.

Baca: Teror Bom Manchester, Ayah dan Dua Saudara Salman Abedi Ditangkap

Keluarga Abedi yang mencari suaka di Inggris kembali ke kampung halamannya di Libya setelah rezim Qadhafy tumbang sekitar empat tahun lalu. Salman dan kakaknya, Ismail, tetap tinggal di Inggris, tapi kerap menengok keluarga mereka di Libya.

Salman baru saja kembali dari Libya setelah menghabiskan tiga pekan di negara itu sebelum melakukan serangan di Manchester.

Perubahan serupa juga terjadi pada pelaku serangan teror di Paris dan Brussels. Para pelaku yang sejak awal merupakan pelaku kriminal menjadi sasaran empuk rekrutmen kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam melakukan serangan teror di negara masing-masing.

Laporan lembaga International Centre for the Study of Radicalisation (ICSR) menyatakan lebih dari separuh pelaku teror di Eropa merupakan pelaku kriminal sebelum bergabung dengan ISIS.

Baca: Ini 4 Hal Tentang Salman Abedi, Pelaku Teror Manchester

"Para pelaku kriminal sudah terbiasa melakukan kekerasan. Jadi, saat berubah menjadi ekstremis atas nama agama, itu tidaklah sulit bagi mereka," ujar Professor Peter Neumann, Direktur ICSR, di King’s College London kepada The Independent.

Radikalisasi dalam diri Salman menyebabkan orang tuanya, menurut sejumlah laporan media, menahan paspornya agar tidak terjerumus dalam tindakan teror.

Namun upaya mereka sia-sia. Pada Senin malam lalu waktu setempat, Salman meledakkan dirinya di dekat loket penjualan tiket konser Ariana Grande di Manchester Arena. Dalam teror bom Manchester itu, Salman tewas bersama 22 orang lain dan melukai 59 lainnya.     

THE INDEPENDENT | THE SUN | SITA PLANASARI AQUADINI


 


 


 



Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sita Planasari

Sita Planasari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus