Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISRAEL
Bentrokan Berdarah di Yerusalem Timur
BENTROKAN terjadi pada Kamis malam, 22 April lalu, setelah ratusan orang Yahudi dari kelompok ultranasionalis Lehava menyatroni Gerbang Damaskus, pintu masuk Kota Tua Yerusalem, tempat sejumlah besar orang Palestina biasa berkumpul untuk berbuka puasa. Kedua kubu saling melempar batu dan botol. Polisi menggunakan granat kejut, gas air mata, dan meriam air untuk membubarkan massa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka dan polisi mengatakan 20 personelnya terluka. Polisi menangkap lebih dari 50 orang pada hari itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut BBC, ketegangan di Yerusalem Timur meningkat sejak awal Ramadan. Orang Palestina sering bentrok dengan polisi, yang menuduh kerumunan mereka menghalangi jalan ke Kota Tua. Orang Yahudi juga marah terhadap sejumlah video di TikTok yang menunjukkan orang Palestina mengejek komunitas Yahudi ultra-ortodoks. Sebaliknya, ada sejumlah serangan oleh orang Yahudi terhadap orang Arab, termasuk seorang pemuda Yahudi yang meneriakkan slogan anti-Arab dan menyerang seorang pengemudi Arab yang berhenti untuk memprotes mereka.
Yerusalem menjadi pusat konflik Israel-Palestina. Israel mengklaim seluruh kota, termasuk sektor timurnya yang direbut dalam perang pada 1967, sebagai ibu kotanya. Adapun Palestina berusaha menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan di Tepi Barat dan Gaza.
Yerusalem juga menjadi pokok masalah menjelang pemilihan umum parlemen Palestina pada 22 Mei mendatang. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara Eropa anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan agar Israel mengizinkan semua warga Palestina di Yerusalem Timur untuk ikut pemilihan, tapi pemerintah Israel hingga kini belum memberikan izin. "Sangat penting bahwa warga Palestina di semua wilayah Palestina yang diduduki (Israel) dapat berpartisipasi dalam proses demokrasi yang sangat penting ini," ucap juru bicara PBB, Stephane Dujarric, seperti dikutip The Times of Israel.
KAMBOJA
Karantina Ibu Kota
Warga bermain bulu tangkis, selama pemberlakuan karantina 14 hari di Phnom Penh, Kamboja, 16 April 2021. REUTERS/Cindy Liu
KEMENTERIAN Kesehatan Kamboja mengumumkan rekor 655 kasus infeksi Covid-19 dalam sehari pada Jumat, 23 April lalu. Negara itu mengalami lonjakan jumlah kasus dari sebelumnya hampir nol menjadi puluhan hingga ratusan kasus baru setiap hari. Kini total kasusnya mencapai 8.193 dengan 59 korban meninggal.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen memberlakukan karantina ketat di Ibu Kota Phnom Penh sejak 15 April lalu. Masyarakat dilarang keluar rumah kecuali untuk mencari makanan dan kebutuhan lain di lokasi yang diizinkan oleh pemerintah. "Kita menghadapi bencana yang akan datang dan kita akan mati kecuali kita bersatu dan bertindak secara bertanggung jawab," kata Hun Sen.
Aparat keamanan memberlakukan pembatasan itu dengan ketat. Mereka sempat menggunakan tongkat kayu untuk memukuli penduduk yang melanggar aturan. Belakangan, Menteri Dalam Negeri Sar Kheng menyuruh mereka untuk lebih persuasif alih-alih menggunakan kekerasan.
Nikkei Asia melaporkan bahwa penduduk kota mulai mengeluh kekurangan pangan. Namun juru bicara Kementerian Perdagangan mengatakan pemerintah tidak akan membiarkan orang kelaparan. "Pemerintah punya kapasitas untuk memberi makan orang yang membutuhkan makanan," ucapnya.
AUSTRALIA
Penghentian Perjanjian Dagang dengan Cina
PEMERINTAH federal Australia membatalkan dua kesepakatan dagang antara Negara Bagian Victoria dan Cina untuk memastikan konsistensi hubungan luar negerinya. "Skema ini sangat berfokus pada kepentingan nasional Australia. Ini tentang memastikan konsistensi hubungan luar negeri kita di seluruh Australia dan yang pasti tidak ditujukan ke satu negara tertentu," ujar Menteri Luar Negeri Marise Payne kepada radio ABC, Kamis, 22 April lalu.
Kedutaan Besar Cina mengkritik langkah Menteri Payne yang memveto dua perjanjian yang ditandatangani oleh Negara Bagian Victoria dengan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Cina, badan perencanaan ekonomi Cina, itu. Mereka menilai kebijakan tersebut "provokatif" dan akan semakin merusak hubungan Negeri Panda dengan Negeri Kanguru.
Hubungan antara Australia dan Cina, mitra dagang terbesarnya, retak dalam setahun terakhir setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul virus Covid-19 yang diduga bersumber dari Wuhan, Cina. Perang dagang pun pecah. Beijing memberlakukan tarif ketat yang melumpuhkan ekspor jelai dan anggur dari Australia sembari memblokir impor batu bara.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo