Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cotabato City – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan masa depan dari Bangsamoro berada di tangan Otoritas Transisi Bangsamoro atau Bangsamoro Transition Authority.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
“Saya percaya Anda akan menggunakan kekuasaan ini dengan hati-hati, masa depan generasi bangsa Filipina terutama bangsa Moro di Mindanao tergantung padanya,” kata Duterte dalam pidato di Kompleks Budaya Shariff Kabunsuan pada Jumat, 29 Maret 2019 seperti dilansir Mindanews.
BTA adalah badan pengelola Wilayah Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao. Badan ini akan bekerja hingga 30 Juni 2022. BTA bekerja dalam naungan Bangsamoro Organic Law atau Undang-Undang Organik Bangsamoro.
Duterte mengaku bahagia bisa melantik pengurus BTA dan mewujudkan sebagian keinginan Bangsamoro.
Baca:
Menurut Duterte, Wilayah Otonomi Bangsamoro dibentuk untuk menjawab isu ketidakadilan di masa lalu. Ini juga untuk membangun jalan masa depan yang lebih baik bagi warga Mindanao dan Filipina. “Ini adalah era baru bagi bangsa Moro,” kata dia.
Duterte berjanji, dalam pidato sembilan menit, atas nama Tuhan untuk bekerja sungguh-sungguh meningkatkan kesejahteraan Bangsamoro.
Presiden Filipina, Rodgrigo Duterte, bercengkerama dengan Menteri Ketua Otoritas Transisi Bangsamoro, Al Haj Murad Ebrahim, pada pelantikan pengurus pertama lembaga ini pada Jumat, 29 Maret 2019. Presidential Photo via Mindanews
Masa tugas Duterte sebagai Presiden, yang berlangsung enam tahun, akan berakhir pada 30 Juni 2022. Ini bersamaan dengan berakhirnya masa tugas BTA untuk dimulainya pemilihan pemerintahan lokal.
Baca:
BTA bakal memiliki bujet total senilai 32 miliar peso (sekitar Rp8.7 triliun), yang 1.2 miliar peso (Rp324.5 miliar) akan digunakan untuk menyelesaikan proses transisi.
Inquirer melansir Duterte juga berharap bisa mencapai kesepakatan dengan Moro National Liberation Front, yang dipimpin Nur Misuari, untuk menyelesaikan proses perdamaian.