Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur Cambridge Analytica mengakui bahwa perusahaannya telah menerima data pengguna dari peneliti mengenai rincian pribadi pengguna Facebook. Pernyataan ini bertentangan dengan kesaksian sebelumnya yang diutarakan kepada anggota parlemen Inggris.
Cambridge Analytica, yang disewa oleh Donald Trump pada 2016, membantah telah bekerjasama dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat dengan memanfaatkan data yang diduga diambil tanpa izin dari sekitar 87 juta pengguna Facebook.
Baca: Facebook Berbagi Data dengan Perusahaan Cina, AS Khawatir?
Mantan Direktur Cambridge Analytica, Alexander Nix, dalam kesaksian sebelumnya kepada komite parlemen, juga membantah konsultasi politik dan data yang diberikan oleh Aleksandr Kogan, seorang peneliti terkait dengan skandal ini.
Namun pada Rabu dia mengatakan telah menerima data dari Kogan, seperti dilaporkan Reuters, 7 Juni 2018.
"Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini seharusnya 'ya'," kata Nix, ketika ditanya apakah Cambridge Analytica masih menyimpan data dari peneliti.
Terkait pernyataan yang berbeda ini ia membantah sengaja membohongi anggota parlemen Inggris dan mengatakan perusahaan telah menghapus data, yang tidak berguna.
Komisi parlemen sedang menyelidiki berita palsu, dan berfokus pada peran Cambridge Analytica dan Facebook dalam pemilihan Brexit 2016 serta pemilihan Presiden AS yang memenangkan Donaldn Trump.
Baca: Skandal Facebook, Ini 5 Pemain Kunci di Cambridge Analytica
Kantor Cambridge Analytica Mulai Digeledah
Dalam rekaman yang dirilis Channel 4, Nix sempat meminta maaf dan mengaku kampanye online Cambridge Analytica memainkan peran yang menentukan dalam kemenangan pemilihan Trump. Namun dia membela reputasi konsultasi dan mengatakan dia telah menjadi korban.
Nix menegaskan bahwa Cambridge Analytica tidak terlibat dalam kampanye Brexit berdasarkan sebuah laporan oleh Komisi Pemilihan dari pernyataan Christopher Wylie, yang mengatakan kepada komite bahwa Cambridge Analytica memainkan peran penting dalam kampanye Brexit. Nix juga membantah tulisan di Financial Times bahwa ia telah menarik uang sebesar US$ 8 juta atau Rp 11 miliar dari Cambridge Analytica sebelum kebangkrutan bulan lalu.
Baca: Cambridge Analytica Tutup, Imbas Skandal Data Facebook
Anggota parlemen meminta Nix untuk kembali menghadapi pertanyaan tentang ketidakkonsistenan dalam bukti yang ia paparkan. Kogan sendiri telah mengaku kepada anggota parlemen bahwa dia memberikan Cambridge Analytica data.
Facebook mengatakan Kogan memanen data dengan membuat aplikasi pada platform yang diunduh oleh 270.000 orang, menyediakan akses tidak hanya untuk mereka sendiri tetapi juga data pribadi teman mereka. Facebook mengatakan Kogan melanggar kebijakannya dengan menyerahkan data ke Cambridge Analytica.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini