Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Gadis-gadis Ini Berebut Lakukan Bom Bunuh Diri Boko Haram

Anak-anak gadis itu sukarela menjadi pelaku bom bunuh diri demi terbebas dari cengkeraman kelompok teroris paling mematikan di dunia, Boko Haram.

16 April 2016 | 20.47 WIB

Zahra Babangida, seorang gadis 13 tahun yang menjadi pengebom anak oleh militan Boko Haram di Kano Nigeria. AP
Perbesar
Zahra Babangida, seorang gadis 13 tahun yang menjadi pengebom anak oleh militan Boko Haram di Kano Nigeria. AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Minawo- Anak-anak gadis itu diculik dari rumah mereka oleh para milisi dari kelompok teroris paling mematikan di dunia, Boko Haram. Saat itu, mereka masih duduk di bangku sekolah. Jumlah mereka ribuan dalam cengkeraman Boko Haram. Mereka diperlakukan secara tidak manusiawi, dibiarkan kelaparan dan menjadi korban perkosaan.

Demi mengisi perut yang lapar dan terhindar menjadi korban perkosaan, anak-anak gadis itu bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri. Mereka rela bahan peledak dililit di tubuh mereka atau disembunyikan di dalam keranjang yang diletakkan di atas kepala.

Hanya ini satu-satunya cara untuk lari dari cengkeraman Boko Haram. Seperti dilaporkan BBC, jumlah mereka tiga perempat dari seluruh anak perempuan  yang diculik Boko Haram. Menurut PBB, jumlah anak-anak pelaku bom bunuh diri meningkat 44 kali lipat pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014.

Fati, 16 tahun, yang  lari ke kamp pengungsi Minawo di Kameron setelah diculik dan diperkosa oleh milisi Boko Haram mengungkapkan betapa anak-anak perempuan bersaing satu dengan lainnya untuk dipilih menjalankan misi mematikan itu.

"Mereka datang untuk mengambil kami. Mereka akan bertanya: siapa yang mau menjadi pelaku bom bunuh diri?"Fati menjelaskan.

"Anak-anak gadis itu berteriak: saya, saya, saya. Mereka bertarung untuk melakukan bom bunuh diri," ujar Fati.



Kenapa mereka memilih jadi pelaku bom bunuh diri?

Fati menjelaskan,  jika mereka diberi bom bunuh diri, maka mereka berpikir mungkin akan bertemu tentara, lalu tentara diberitahu:ada bom di tubuh saya. Dan tentara  melepaskan bom itu lalu secepatnya mereka melarikan diri.

Meski ada anak yang berhasil melarikan diri dengan cara menjadi pelaku bom bunuh diri, bukan berarti persoalan mereka selesai. Masyarakat tidak sepenuhnya percaya dan khawatir jangan-jangan mereka menyembunyikan bom. Mereka juga dicurigai sebagai jaringan Boko Haram.

Sepanjang tahun 2015, ada sebanyak 151 ledakan bom terjadi di Nigeria, Kameron, dan Niger. Setahun sebelumnya, hanya terjadi 32 ledakan bom.

Menurut data PBB, jumlah terbesar anak-anak melakukan aksi bom bunuh diri terjadi di Kameron. Bahkan ada anak usia delapan tahun terlibat aksi bom bunuh diri.

PBB  melakukan kampanye media sosial dengan hastag #BringBackOurGirls. Kampanye ini dilakukan memperingati  penculikan 276 anak sekolah oleh Boko Haram dari sekolah mereka di kota Chibok, Nigeria dua tahun lalu. Anak-anak sekolah itu belum juga diketahui keberadaannya.

Seperti dikutip dari New York Times, penculikan massal pada tanggal 14 April 2014 merupakan satu dari ratusan perilaku brutal Boko Haram di Afrika Barat dalam beberapa tahun terakhir. Jejak anak-anak itu belum terendus.

"Tak seorangpun tahu dimana mereka. Saya tak tahu dimana mereka. Saya tidak tahu. Namun kami berharap jika mereka ditemukan di satu tempat, mereka harus diselamatkan," kata Garba Shehu, juru bicara Presiden Nigeria Muhummadu Buhari.

Menurut Global Terrorism Database, Boko Haram menempati urutan teratas kelompok teroris paling mematikan di dunia. Pada tahun 2014, Boko Haram membunuh lebih dari 6.600 orang. Bandingkan dengan ISIS, yang membunuh 6.100 orang pada tahun yang sama.

MIRROR.COM | NEW YORK TIMES | MARIA RITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maria Rita Hasugian

Maria Rita Hasugian

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus