Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Henry Kissinger, diplomat top Amerika Serikat, yang menjadi tokoh di balik perundingan damai mulai dari perang Israel melawan negara-negara Arab sampai AS dengan Vietnam Utara, meninggal dalam usia 100 tahun pada Rabu, 29 November 2023 karena sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria Yahudi kelahiran Jerman ini juga yang merintis normalisasi hubungan AS dengan Cina, perundingan penting mengenai pengendalian senjata AS-Soviet, perluasan hubungan antara Israel dan negara-negara tetangga Arabnya, serta Perjanjian Damai Paris dengan Vietnam Utara.
Kekuasaan Kissinger sebagai arsitek utama kebijakan luar negeri AS memudar seiring dengan pengunduran diri Nixon pada 1974 di tengah skandal Watergate. Namun, ia tetap menjadi kekuatan diplomatik sebagai menteri luar negeri di bawah penerus Nixon, Presiden Gerald Ford, dan pendapatnya banyak didengar sepanjang sisa hidupnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski banyak yang memuji Kissinger karena kecerdasan dan pengalamannya yang luas, ada pula yang mencapnya sebagai penjahat perang atas dukungannya terhadap kediktatoran anti-komunis, khususnya di Amerika Latin. Pada tahun-tahun terakhirnya, perjalanannya dibatasi oleh upaya negara-negara lain untuk menangkap atau menanyainya tentang kebijakan luar negeri AS di masa lalu.
Hadiah Perdamaian tahun 1973 yang diberikan bersama kepada Le Duc Tho dari Vietnam Utara, yang menolaknya, adalah salah satu hadiah paling kontroversial yang pernah ada. Dua anggota komite Nobel mengundurkan diri karena seleksi tersebut karena muncul pertanyaan tentang pemboman rahasia AS di Kamboja.
Skandal Watergate yang memaksa Nixon mengundurkan diri hampir tidak menyentuh Kissinger, yang tidak terlibat dalam upaya menutup-nutupinya sehingga posisinya sebagai menlu bertahan ketika Ford mulai menjabat pada musim panas 1974. Ia kemudian menjadi penasihat keamanan nasional dan memberi banyak masukan mengenai kebijakan luar negeri.
Pada 1974 itu, Kissinger pergi bersama Ford ke Vladivostok di Uni Soviet untuk bertemu pemimpin Soviet Leonid Brezhnev dan menyetujui kerangka dasar pakta senjata strategis. Perjanjian tersebut menjadi puncak upaya Kissinger dalam meredakan ketegangan AS-Soviet.
Namun keterampilan diplomatis Kissinger ada batasnya. Pada 1975, ia disalahkan karena gagal membujuk Israel dan Mesir untuk menyetujui pelepasan tahap kedua Sinai.
Dalam Perang India-Pakistan 1971, Nixon dan Kissinger dikritik habis-habisan karena condong ke arah Pakistan. Kissinger terdengar menyebut orang-orang India itu sebagai "bajingan" - sebuah pernyataan yang kemudian dia sesali.
Seperti Nixon, dia khawatir akan penyebaran ide-ide sayap kiri di belahan bumi Barat, dan tindakannya sebagai tanggapan akan menimbulkan kecurigaan mendalam terhadap Washington di banyak orang Amerika Latin di tahun-tahun berikutnya.
Bersekongkol dengan CIA
Pada 1970 ia bersekongkol dengan CIA untuk menggoyahkan dan menggulingkan Presiden Chili Salvador Allende yang berhaluan Marxis namun terpilih secara demokratis, sementara ia mengatakan dalam sebuah memo setelah kudeta berdarah Argentina pada tahun 1976 bahwa diktator militer harus didukung.
Ketika Ford kalah dari Jimmy Carter, seorang Demokrat, pada tahun 1976, hari-hari Kissinger dalam kekuasaan pemerintah sebagian besar telah berakhir. Anggota Partai Republik berikutnya di Gedung Putih, Ronald Reagan, menjauhkan diri dari Kissinger, yang menurutnya tidak sejalan dengan konstituen konservatifnya.
Setelah meninggalkan pemerintahan, Kissinger mendirikan perusahaan konsultan berbiaya tinggi dan berkuasa di New York, yang menawarkan nasihat kepada elit korporasi dunia. Ia bertugas di dewan perusahaan dan berbagai forum kebijakan luar negeri dan keamanan, menulis buku, dan menjadi komentator media reguler mengenai urusan internasional.
Setelah serangan 11 September 2001, Presiden George W. Bush memilih Kissinger untuk memimpin komite investigasi. Namun protes dari Partai Demokrat yang melihat adanya konflik kepentingan dengan banyak klien perusahaan konsultannya memaksa Kissinger mundur dari jabatannya.
Bercerai dari istri pertamanya, Ann Fleischer, pada tahun 1964, ia menikah dengan Nancy Maginnes, seorang ajudan Gubernur New York Nelson Rockefeller, pada tahun 1974. Ia memiliki dua anak dari istri pertamanya.
REUTERS