Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anak-anak memutihkan kulit wajah mereka untuk menghindar dari sasaran kejahatan rasis di Inggris. Anak-anak itu berusia sekitar 10 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Organisasi perlindungan anak memperingatkan tentang modus baru yang dilakukan anak-anak di Inggris agar terhindar dari kejahatan rasial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut National Society for the Prevention Cruelty to Children, NSPCC, ada 10.571 ujaran kebencian rasial yang dialami anak-anak. Polisi mencatat sepanjang 2017-2018 rata-rata 29 kali dalam sehari kejahatan rasial ini terjadi.
Bahkan, menurut NSPCC, dari jumlah itu, termasuk bayi dan balita menjadi sasaran kebencian rasial.
Jumlah ini meningkat seperlima kali lebih banyak dibandingkan 3 tahun lalu. Rata-rata bertambah seribu kasus baru dalam setahun.
NSPCC melaporkan, skala dan kedalaman dari kasus rasisme ini akan menimbulkan perpecahan di Inggris.
Baca juga: Sekolah di AS Bersikap Rasis
Dari data NSPCC, terjadi peningkatan jumlah kejahatan rasisme dari tahun 2015 hingga 2017 sebesar 22 persen.
Tahun 2015-2016, kejahatann rasisme terhadap anak di Inggris ada 8,683 kasus. Periode 2016-2017 meningkat menjadi 9.752 kasus dan 2017-2018 mencapai 10.571 kasus kebencian rasial.
"Saya telah di-bully sejak saya mulai bersekolah. Pelaku bully memanggil saya dengan nama-nama yang menjijikkan, itu membuat saya merasa sangat malu. Teman-teman saya tidak lagi mau berteman dengan saya karena orang-orang mulai bertanya mengapa mereka berteman dengan orang yang kulitnya kotor," kata seorang anak perempuan usia 10 tahun kepada NSPCC, seperti dikutip dari CNN News, 30 Mei 2019.
"Saya lahir di Inggris namun para pembully mengatakan agar saya pulang ke negara saya. Saya tidak paham karena saya dari Inggris. Saya berusaha membuat kulit wajah saya lebih putih sebelum bermake up agar sesuai. Saya hanya ingin gembira ke sekolah," ujar anak perempuan ini.
Atiyah Wazir, seorang konsyler untuk layanan via telepon mengatakan lebih dari 8 tahun bekerja sebagai konselor relawan telah membuat hatinya hancur setiap kali seorang anak mengatakan kepadanya mengenai keinginan mereka agar terlihat berbeda.
Menurut NSPCC, masa kecil anak-anak yang mengalami bullying dari pelaku kejahatan rasis dalam jangka panjang akan berdampak pada munculnya perpecahan di dalam masyarakat di Inggris.