Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menghadapi konflik internal dengan Yevgeny Prigozhin beserta Warner Group akhir pekan lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai bentuk “pengkhianatan” terhadap negara.
Dilansir dari Al Jazeera, Prigozhin mengatakan bahwa kejahatan militer Rusia harus dihentikan dan pasukan Wagner akan memimpin “pawai keadilan” bagi Ukraina. Mereka sempat menguasai markas besar militer Rostov-on-Don di Rusia Selatan meski kemudian berhasil dipukul balik oleh pemerintah federal.
Seorang anggota parlemen, Pavel Krasheninnikov, menjanjikan amnesti (pengampunan atau penghapusan hukuman) kepada pasukan Wagner jika mereka menurunkan senjata dengan segera. Para tentara bayaran yang tidak berpartisipasi dalam aksi pemberontakan juga bakal ditawari kontrak militer oleh Kementerian Pertahanan Rusia per 1 Juli 2023.
Prigozhin sendiri diizinkan oleh Putin untuk pergi dan tinggal di Belarusia tanpa menghadapi satu pun tuntutan. Menurut Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov yang dilansir dari Mirror, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko bersedia menjadi penengah karena sudah mengenal Prigozhin secara pribadi selama dua dekade.
Walau demikian, mengutip dari TASS, bos Wagner Group tersebut sebelumnya sempat didakwa atas tuduhan pemberontakan bersenjata dengan ancaman 20 tahun penjara. Lantas, apa yang membuat Putin membatalkan hukuman Prigozhin?
Kremlin dan otoritas Rusia mencabut dakwaan terhadap Prigozhin maupun pasukan Wagner demi menghindari perang saudara berkepanjangan dan pertumpahan darah. Kekhawatiran itu tampaknya muncul setelah Prigozhin mengaku dapat dukungan dari warga Rostov-on-Don yang kemudian berkumpul untuk mengucapkan salam perpisahan saat pasukan Wagner meninggalkan kota.
Perang terus Berjalan
Peskov lantas menegaskan bahwa rencana perang di Ukraina tidak akan terpengaruh oleh aksi pemberontakan yang terjadi selama dua hari. Melansir axios.com, Juru Bicara Kremlin itu juga mengaku tidak mengetahui adanya perubahan kepercayaan Putin pada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, pihak yang secara terbuka berseteru dengan Prigozhin.
Atas beberapa masalah terpisah berkaitan dengan pengelolaan militer, Prigozhin pernah menuntut Shoigu agar mundur dari jabatannya.
Perselisihan Intra-Elite
Aksi pemberontakan Warner Group bisa dibilang tumbuh dari perseteruan antara dua elite yang makin intensif, yakni Prigozhin dan Shoigu—menurut profesor hukum William Partlett dari University of Melbourne.
Melansir dari unimelb.edu.au, permusuhan elite semacam itu sangat umum ketika Rusia berada di bawah kepemimpinan Putin. Nyatanya, perpecahan elite meningkatkan kekuatan Putin dengan mengurangi kemungkinan adanya tantangan kuat terhadap kekuasaannya sekaligus menjadikannya penengah utama.
Selama berbulan-bulan, Prigozhin menganggap dirinya bisa lolos dari segala bentuk kritik yang ia lontarkan kepada militer Rusia karena pasukan Wagner telah berkontribusi besar dalam perang di Ukraina. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, ia tampak kehilangan pengaruh.
Melihat posisinya melemah, Prigozhin memahami logika “negara prerogatif”. Tidak ada cara yang bisa diupayakan untuk mempertahankan posisinya. Pengacara terbaik di Rusia sekalipun tidak bisa menyelamatkannya. Rangkaian proses pidana terhadap Prigozhin hanya menjadi formalitas sebelum hukuman penjara yang sangat lama.
Oleh karena itu, pawai tentara Wagner ke Moskow bukanlah kudeta yang dimaksudkan untuk menantang Putin atau meruntuhkan Rusia. Pernyataan publik Prigozhin dengan hati-hati menghindari kritik terhadap Putin. Tindakan tersebut merupakan cara untuk melindungi kepentingannya sendiri. Prigozhin pun bermanuver untuk mencapai kesepakatan dan berhasil mendapatkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM
Pilihan Editor: Olivia Chow Terpilih sebagai Wali Kota Toronto Keturunan Tionghoa-Kanada Pertama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini